Kaleidoskop 2017: Polusi Udara Jakarta Ancam Atlet Asian Games

Kamis, 28 Desember 2017 15:07 WIB

Presiden Joko Widodo didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau renovasi Stadion Utama GBK, Jakarta, 19 Oktober 2017. Menteri PUPR menjelaskan, di GBK ada 13 sarana olahraga yang diresmikan, serta sarana olahraga di Pelembang dan 10 tower Wisma Atlet di Kemayoran, dengan total anggaran sebesar Rp 6,2 triliun.TEMPO/Fakhri Hermansyah

Data Kualitas Udara

Data tren kualitas udara yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menunjukkan pada tahun 2016, hanya 26 hari (12%) dengan kategori baik, ada 245 hari (71%) dengan kategori sedang, lalu 93 hari (17%) dengan kategori tidak sehat dan 1 hari dengan kategori sangat tidak sehat.

Untuk pencemaran partikel debu ukuran 10 mikron (PM10) rata-rata harian telah melampaui baku mutu udara ambient sebesar 50 µg/m3. Demikian halnya pencemaran PM2.5 rata-rata hariannya juga melampaui baku mutu udara ambient yaitu 25 µg/m3.

Sumber pencemaran PM10 dan PM2.5 itu berasal dari transportasi (47%), industri (22%), domestik (11%), debu jalanan (11%), pembakaran sampah (5%), dan konstruksi bangunan (4%).

“Dampak yang ditimbulkan PM10 biasanya bersifat akut pada saluran pernafasan bagian bawah seperti pneumonia dan bronchitis baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa,” kata Puput, panggilan akrab Ahmad Safrudin.

Baca juga: Jakarta dan Palembang Harus Bebas Difteri Sebelum Asian Games

Pencemaran karbon monoksida (CO) di udara ambient Jakarta relatif rendah, masih jauh di bawah standard 10.000 µg/m3 dengan rentang 18 – 128 µg/m3. Namun sayangnya, kata Puput, pencemaran CO di pinggir jalan tidak diukur dan atau datanya tidak disajikan.

Menurutnya, hal ini penting mengingat parameter CO memiliki sifat yang cepat terurai di udara ambient oleh pengaruh meteorologi. Namun untuk konsentrasi tinggi di pinggir jalan relatif bertahan lama seiring dengan tingginya kepadatan lalu lintas yang tiada henti, terutama kurun waktu jam 06.00 – 20.00. “Tentu hal ini sangat membahayakan kesehatan masyarakat,” ujarnya.

Polusi sulfur dioksida (SO2) di udara ambient Jakarta relatif tinggi dan melampaui baku mutu rata-rata harian yang sebesar 20 µg/m3. Bahkan cenderung meningkat konsentrasi SO2 sejak pertengahan 2016.

Sumber utama SO2 adalah penggunaan BBM yang melampaui 50 ppm (part per millions) yaitu 100-200 ppm untuk bensin dan di atas 2000 ppm untuk solar.

Puput menjelaskan kondisi itu terjadi karena Indonesia terlambat mengadopsi teknologi kendaraan standard Euro 4 dengan bahan bakarnya yang maksimum harus berkadar belerang 50 ppm.

Selain itu diindikasikan penggunaan marine fuel (solar untuk kapal) yang umumnya memiliki kadar belerang 10.000 ppm atau lebih.

Sumber lain adalah penggunaan batu bara pada PLTU sekalipun PLTU ini posisinya berada jauh di luar kota Jakarta, yaitu di Suralaya dan Babelan. Namun faktor arah dan kecepatan angin memungkinkan paparan ini hingga ke Jakarta.

Udara yang tercemar sulfur oksida (SOx) menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas SOx yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan, dan saluran nafas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.

“Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan,” katanya. Sementara itu SO2 dianggap polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskular.

Simak juga: Sebagian Dana Asian Games 2018 dari Anggaran Olympic Center

Menurut Puput, kualitas udara yang buruk bisa mengakibatkan para atlet terserang penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Polusi udara juga berdampak pada kebugaran para atlet yang memerlukan 10 hingga 20 kali lipat volume udara untuk bernapas saat berlatih atau bertanding, ketimbang bukan atlet.

Dia mengkhawatirkan buruknya kualitas udara di Jakarta berdampak pada menurunnya kemampuan atlet yang berujung pada rendahnya prestasi dan kualitas lomba.

“Di negaranya yang udaranya bagus, misalnya ada atlet yang berlari sejauh 100 meter dengan waktu 10 detik. Ketika Asian Games di Jakarta, bisa-bisa waktu yang ditempuh atlet itu 13 atau 15 detik,” katanya.

Tidak hanya Jakarta, kata Puput, Palembang yang juga menjadi kota penyelenggara Asian Games memiliki kualitas udara yang hampir serupa dengan Jakarta.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno yakin kualitas udara Jakarta akan bagus pada saat berlangsungnya Asian Games. Menurutnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melarang kendaraan-kendaraan yang menimbulkan polusi tinggi beroperasi di Jakarta.

“Kami akan pastikan kendaraan-kendaraaan yang mengemisi polusi yang besar akan ditindak 2-3 bulan sebelum Asian Games dan dipastikan mereka tidak bisa beroperasi," ujar Sandiaga kepada wartawan di Jakarta pada 24 November 2017.

Puput menilai langkah yang akan dilakukan Pemerintah Provinsi Jakarta itu tidak cukup. Menurutnya, persiapan yang telah dilakukan pemerintah selama dua tahun dan triliunan rupiah yang telah dikeluarkan, semata-mata hanya untuk pembangunan infrastruktur.

“Melupakan soal kualitas udara dan tak ada persiapan menurunkan pencemaran udara di Jakarta dan Palembang,” ujarnya.

Dia menyayangkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang penerapan standar Euro 4 untuk bahan bakar ditunda hingga April 2019. Padahal, kata Puput, Presiden Joko Widodo meminta penerapannya dilakukan sebelum Asian Games dimulai.

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

4 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

5 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

6 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

7 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

7 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

7 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

12 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

17 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

39 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

54 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya