TEMPO.CO, Jakarta – Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta saat ini tengah gencar melakukan pembangunan tanggul laut raksasa atau National Capital Integrated Coastal Developme (NCICD) fase A di pesisir Jakarta. Tanggul itu nantinya berfungsi menahan air laut memasuki daratan Jakarta.

"Bicara target, mungkin 2020 lah NCICD baru selesai," ujar Kepala Dinas SDA Teguh Hendarwan saat dihubungi wartawan pada Kamis, 22 November 2018.

Baca juga: Dua Pengembang Ini Diminta Segera Bangun Tanggul Laut DKI

Teguh menjelaskan, NCICD merupakan bagian dari proyek strategis nasional. Panjang total NCICD adalah 62,5 kilometer, yang di antaranya merupakan tanggul pantai dan 57,5 kilometer sisanya merupakan tanggul muara. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) hanya bertanggung jawab pada pembangunan tanggul sepanjang 20 kilometer.

Dalam proyek itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendapat bagian untuk mengerjakan fase A atau tiga tanggul, yakni di Kamal Muara, Pasar Ikan Luar Batang, dan Kali Blencong Marunda. Untuk kemajuan pembangunannya, Teguh menjabarkan tanggul Pasar Ikan dan Kali Blencong sudah 90 persen, sedangkan di Kamal Muara sampai saat ini baru 50 persen.

Soal alasan Kamal Muara menjadi yang terendah kemajuannya, menurut Teguh karena masyarakat di sana menentang pembangunan tanggul itu. Sehingga, pembangunan tanggul yang seharusnya rampung 740 meter pada 2018, baru terlaksana sekitar 300 meter.

"Tapi nanti kami kejar pembangunan sampai batas jembatan pelelangan ikan," ujar dia.

Simak juga: Pembangunan Tanggul Laut Jakarta Tahap II Selesai 2018

Setelah pembangunan tanggul sampai pelelangan ikan itu rampung, Teguh mengatakan pembangunan akan dilanjutkan kembali dari laut. Penyebab pembangunan tanggul Kamal Muara dari laut, kata Teguh, karena di bagian darat ada pelelangan ikan dan bangunan lain yang cukup padat.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan NCICD atau tanggul laut raksasa merupakan salah satu cara agar Jakarta tak tenggelam, seperti yang disampaikan Prabowo Subianto beberapa hari lalu. Dalam pidato kampanyenya, Prabowo mengutip hasil penelitian lembaga internasional.