Ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hasil muktamar Jakarta Djan Faridz (kiri) bersama pasangan bakal cagub dan cawagub Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, dalam acara deklarasi dukungan, di Gedung DPP PPP, Jakarta, 17 Oktober 2016. PPP hasil muktamar Jakarta secara resmi telah mendukung Cagub-Cawagub DKI Jakarta Ahok dan Djarot untuk maju dalam Pilkada DKI. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan politikus Partai Amanat Nasional Abraham Lunggana alias Haji ulung bahwa dukungan Partai Persatuan Pembangunan kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada pilkada DKI 2017 berefek negatif menuai dukungan.
Dukungan itu justru datang dari internal PPP DKI Jakarta. Koordinator Daerah Jakarta Timur PPP DKI, Matnoor Tindoan, mengatakan cap bahwa partainya pendukung Ahok dalam Pilkada 2017 membuat elektabilitas jeblok pada Pemilu 2019.
"Jadi ada benarnya juga apa yang dikatakan bahwa dampak dari stigma Ahok itu sangat merusak PPP," ucap Matnoor kepada Tempo saat dihubungi, Jumat, 10 Mei 2019.
Sebelumnya, Lulung mengatakan perolehan suara PPP merosot di seluruh daerah pemilihan di Jakarta. Mantan politikus PPP tersebut menduga elektabilitas partai berlambang Kabah itu terjun bebas karena mendukung Ahok dalam Pilkada DKI 2017.
Menurut Matnoor, PPP dicap sebagai partai Islam yang mendukung pasangan Ahok-Djarot dalam Pilkada 2017, yang dimenangi Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Padahal, menurut dia, pada putaran pertama Pilkada DKI 2017 PPP mendukung Agus Harymurti Yudhoyono-Slyviana Murni. Namun, pada putaran kedua PPP membelokkan dukungannya karena pertimbangan konstelasi politik 2019.
Dia menuturkan, massa PPP sebenarnya mendukung Anies-Sandi yang dibuktikan dengan hasil survei Median pada 2017 bahwa 77,3 persen pemilih PPP mendukung Anies-Sandi. Angka itu lebih tinggi ketimbang dukungab dari pemilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerindra.
Dia menuturkan akibat cap pendukung Ahok tadi PPP tak bisa mempertahankan 10 kursi di DPRD DKI seperti periode 2014-2019. Matnoor memperkirakan partainya hanya memperoleh 1 kursi di parlemen Ibu Kota.