PAM Jaya: Krisis Air Minum Terjadi di Jakbar dan Jakut

Rabu, 19 Juni 2019 13:17 WIB

Pengunjung mengambil air saat peresmian fasilitas air siap minum (drinking fountain) oleh PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Rabu, 7 November 2018. Pembangunan drinking fountain ini juga dapat melengkapi fasilitas pendukung museum dari segi akses air minum yang sehat dan bersih bagi pengunjung. TEMPO/Muhammad Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - PT PAM Jaya masih memetakan wilayah di Jakarta yang mengalami krisis air minum. Direktur Utama PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo menyatakan kesulitan mengakses air bersih mayoritas terjadi di Jakarta Barat dan Jakarta Utara.

"Kenapa kami bilang daerah barat dan utara karena secara ketersediaan air tanah itu sudah tidak memungkinkan," kata Bambang saat ditemui di Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Selasa, 18 Juni 2019.

Baca: Anies Sebut Penurunan Tanah Jakarta karena Warga Sedot Air Tanah

Bambang menyebut di barat dan utara Ibu Kota paling banyak terjadi penurunan tanah. Sebab, terjadi ekstraksi tanah yang berlebihan. PAM Jaya, kata dia, juga belum membuat jaringan air bersih di dua kota itu.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut penyedotan air tanah oleh masyarakat menjadi salah satu penyebab penurunan permukaan tanah di Ibu Kota. Menurut Anies, warga yang tak memiliki akses pipa air bersih memilih menyedot air tanah untuk mencukupi kebutuhan airnya.

Advertising
Advertising

Sejumlah petugas memperbaiki pipa air minum milik PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) yang bocor di Jl. Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (8/10). TEMPO/Dhemas Reviyanto

Karena itu, pemerintah DKI berencana menyalurkan air minum. Penyaluran ini difokuskan untuk warga di wilayah-wilayah yang sulit mengakses air bersih.

Menurut Bambang, penyaluran air bersih dilakukan oleh Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI. Sementara PAM Jaya bertugas memetakan titik-titik mana saja yang krisis air bersih. "Pak gubernur minta 2020 sudah tersalurkan. Jadi perencanaannya sudah dari sekarang," ujarnya.

Baca: Nasib Perjanjian Pengelolaan Air Jakarta Kini di Tangan PAM Jaya

Peneliti Universitas Indonesia (UI) Syamsu Rosyid juga menyatakan permukaan tanah turun 11 sentimeter per tahun di Jakarta Utara. Temuan itu diperoleh berdasarkan hasil penelitian mikro gravitasi empat dimensi (4D) antara 2014 dan 2018.

Pada 2010, pengkampanye Tambang Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Pius Ginting juga menyatakan potensi paling besar untuk tanah ambles terletak di Jakarta Utara dan sebagian Jakarta Barat yang mendekati laut. Tanah di kawasan ini beban dan penyerapan air tanahnya berlebihan karena digunakan sebagai air minum.

Berita terkait

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

9 hari lalu

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

World Water Forum ke-10 merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk mendorong terciptanya solusi konkret untuk mengatasi persoalan air

Baca Selengkapnya

Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

27 hari lalu

Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UI Raih Pendanaan Internasional untuk Atasi Krisis Air Bersih di Depok

46 hari lalu

Mahasiswa UI Raih Pendanaan Internasional untuk Atasi Krisis Air Bersih di Depok

Tim mahasiswa UI mendapat pendanaan untuk proyek solusi air bersih di Cipayung. Disesuaikan dengan target pembangunan berkelanjutan atau SDGs.

Baca Selengkapnya

Banjir Laten di Kota Semarang dan Pantura, Ini Penyebabnya

46 hari lalu

Banjir Laten di Kota Semarang dan Pantura, Ini Penyebabnya

Kota Semarang dan daerah Pantura kembali mengalami banjir saat cuaca ekstrem seperti belakangan ini. Apa Penyebabnya?

Baca Selengkapnya

21 Daerah yang Alami Penurunan Tanah di Indonesia, Ada Demak-Semarang di Pantura

47 hari lalu

21 Daerah yang Alami Penurunan Tanah di Indonesia, Ada Demak-Semarang di Pantura

Daerah di Utara Jawa memiliki potensi yang lebih besar alami penurunan tanah dan bisa akibatkan kerugian fisik sampai ekonomi.

Baca Selengkapnya

Banjir Semarang, Pakar UGM Peringatkan Berkurangnya Daerah Tangkapan Air dan Alihfungsi di Pesisir

47 hari lalu

Banjir Semarang, Pakar UGM Peringatkan Berkurangnya Daerah Tangkapan Air dan Alihfungsi di Pesisir

Salah satu penyebab banjir di Semarang diantaranya penurunan tanah dan berkurangnya wilayah resapan air

Baca Selengkapnya

BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

50 hari lalu

BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

BRIN mendorong penguatan riset dan inovasi terkait solusi krisis air. Berbagai teknologi pengelolaan air dikembangkan.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri Air Minum dalam Kemasan Ditopang Air Mineral dan Teh Kemasan

51 hari lalu

Pertumbuhan Industri Air Minum dalam Kemasan Ditopang Air Mineral dan Teh Kemasan

Industri air minum dalam kemasan (AMDK) memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan penjualan minuman ringan periode 2022 hingga 2023.

Baca Selengkapnya

BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

28 Februari 2024

BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

Krisis air diproyeksikan akan meningkat karena pertumbuhan populasi dan kebutuhan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Le Minerale Aman Dikonsumsi, Teruji oleh Badan Terakreditasi

23 Februari 2024

Le Minerale Aman Dikonsumsi, Teruji oleh Badan Terakreditasi

Le Minerale mengecam hoaks yang tidak berdasar pada fakta dan data, yang dapat menyesatkan masyarakat.

Baca Selengkapnya