Sejumlah pejalan kaki menggunakan masker ketika melintas di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis 25 Juli 2019. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta akan meningkatkan layanan angkutan umum massal, mulai dari MRT dan kendaraan umum massal lainnya, menyediakan perlengkapan uji emisi kendaraan bermotor dan penambahan ruang hijau terbuka serta penanaman pohon yang dapat menyerap polutan seperti PM 2,5 di udara yang dikeluarkan sebagian besar oleh asap pembuangan kendaraan bermotor. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Kualitas udara Jakarta pada Kamis siang pukul 11.30 WIB menjadi yang paling buruk atau tidak sehat dibandingkan kota besar negara-negara lain.
Kualitas udara di ibu kota siang ini tercatat di angka 161 atau dengan parameter PM2.5 konsentrasi 75,4 ug/m3 berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara.
Berdasarkan data dari laman resmi AirVisual, kualitas udara di wilayah Jakarta mengalahkan Ulaanbaatar, Mongolia yang semula berada di urutan pertama. Kualitas udara Ulaanbaatar saat ini pada angka 155 dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 64 ug/m3.
Jakarta juga mengalahkan Dhaka, Bangladesh yang berada di posisi ketiga dengan angka 158 dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 68,9 ug/m3.
Sedangkan di posisi ketiga ditempati Hong Kong dengan angka 154 dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 60,7 ug/m3.
Lahore, Pakistan berada diposisi keempat dengan angka 132 atau masuk kategori tidak sehat untuk kelompok yang sensitif, dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 48,2 ug/m3.
Kualitas udara Jakarta juga lebih buruk daripada kota Shenyang, Cina. Udara di kota industri penting Cina itu masuk dalam kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif. Ibu kota provinsi Liaoning tersebut berada di posisi kelima dengan angka 129 dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 47 ug/m3.