Kenapa Data Kualitas Udara AirVisual dan Pemerintah DKI Berbeda?

Editor

Febriyan

Kamis, 29 Agustus 2019 14:23 WIB

Kualitas udara Jakarta terburuk di dunia, Kamis, 1 Agustus 2019. Kredit: AirVisual

TEMPO.CO, Jakarta - Teka teki perbedaan data kualitas udara yang dikeluarkan oleh laman AirVisual dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya terjawab. Director of Air Quality Monitoring Yann Boquillod mengatakan, pemerintah DKI menggunakan indeks kualitas udara alias air quality index (AQI) yang berbeda dengan IQAir AirVisual.

Yann berujar DKI hanya bertumpu pada satu alat pemantau milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sementara AirVisual mengacu pada delapan alat pemantau di Jakarta dari pelbagai instansi.

Selain itu, alat pemantau DKI tidak memberikan laporan terkini kondisi udara. Alat pemantau DKI hanya menunjukkan perkembangan kondisi setiap pukul 15.00 WIB. Sedangkan alat pemantau yang menjadi acuan AirVisual melaporkan setiap jam.

"Karena itu anda akan melihat perbedaan angka pemerintah dan AirVisual," kata Yann dalam diskusi polusi udara LBH Jakarta melalui sambungan telepon, Rabu, 28 Agustus 2019. "Itulah kenapa AirVisual menyebut udara Indonesia tidak sehat."

Yann merinci delapan alat pemantau yang digunakan oleh AirVisual terdiri dari milik Kementerian LHK; Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG); dua yang dipasang oleh Kedutaan Besar Amerika di Indonesia; dan empat milik AirVisual Pro.

Advertising
Advertising

Pemerintah DKI, lanjut dia, juga tidak mengukur PM 2,5. Padahal, menurut Yann, PM 2,5 adalah polutan utama yang mematikan. Dia mempertanyakan alasan pemerintah DKI tidak memasang alat pemantau udara untuk mengukur kadar PM 2,5.

"Kami memakai pm 2,5 sebagai input utama. Kenapa Indonesia tidak menggunakan itu?" ucap Yann. "Tidak ada yang salah, hanya berbeda cara pengukuran dan data."

Dari data yang dihimpun AirVisual, udara di Jakarta dengan kosentrasi PM 2,5 memburuk. Secara umum, kategori udara sehat kurang dari 10 persen. Data ini diperoleh sejak 2017 hingga saat ini.

Juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Ariyanu, mendorong pemerintah DKI untuk menambah alat pemantau udara. Tujuannya agar pemerintah daerah dapat mengumpulkan sampel data dari setiap wilayah. Dengan begitu, kualitas udara yang diklaim menjadi valid.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebelumnya mengeluarkan perintah ke dinas-dinas untuk mengurangi polusi udara. Dia menerbitkan Instruksi Gubernur DKI Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara pada 1 Agustus 2019.

Berita terkait

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

3 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Ketua DPRD DKI Jakarta Dorong Pembangunan Rusun Mix Use Development

4 hari lalu

Ketua DPRD DKI Jakarta Dorong Pembangunan Rusun Mix Use Development

Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi mengatakan pembangunan rumah susun dapat mengatasi daerah kumuh di Jakarta.

Baca Selengkapnya

AHY Gambarkan Nasib Jakarta setelah IKN Beroperasi

5 hari lalu

AHY Gambarkan Nasib Jakarta setelah IKN Beroperasi

Menteri Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan gambaran kondisi Jakarta setelah IKN beroperasi sebagai ibu kota negara.

Baca Selengkapnya

Riwayat Jakarta dari Berstatus Ibu Kota Negara DKI Jakarta Kemudian Hanya Daerah Khusus Jakarta

5 hari lalu

Riwayat Jakarta dari Berstatus Ibu Kota Negara DKI Jakarta Kemudian Hanya Daerah Khusus Jakarta

Sejak abad ke-16, Kota Jakarta telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan hingga secara resmi berubah menjadi DKI Jakarta, terakhir DKJ.

Baca Selengkapnya

Ketua DPRD DKI Singgung Pemprov dalam Atasi Masalah Jakarta: Program Kurang Maksimal akan Saya Coret

6 hari lalu

Ketua DPRD DKI Singgung Pemprov dalam Atasi Masalah Jakarta: Program Kurang Maksimal akan Saya Coret

DPRD DKI menyinggung program Pemprov DKI untuk mengatasi banjir dan kemacetan, salah satunya sumur resapan.

Baca Selengkapnya

Kata Anggota DPRD soal Dinas Dukcapil DKI Jakarta akan Hapus NIK Nonaktif

7 hari lalu

Kata Anggota DPRD soal Dinas Dukcapil DKI Jakarta akan Hapus NIK Nonaktif

Dukcapil DKI Jakarta telah mengumumkan bahwa sebanyak 92.432 NIK akan dinonaktifkan karena berbagai faktor.

Baca Selengkapnya

Bank DKI Setor Dividen Sebesar Rp 326,4 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

10 hari lalu

Bank DKI Setor Dividen Sebesar Rp 326,4 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI menyumbang dividen terbesar bagi Provinsi DKI Jakarta, jumlahnya mencapai Rp 326,44 miliar.

Baca Selengkapnya

Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

11 hari lalu

Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

Jakarta diprediksi hujan sejak siang, Jumat. 19 April 2024. BMKG memprediksi hujan petir turun di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Sampah di Jakarta, Sebelum dan Setelah Lebaran

12 hari lalu

Sampah di Jakarta, Sebelum dan Setelah Lebaran

DLH DKI Jakarta mengangkut sampah yang dilakukan selama periode tujuh hari sebelum hingga hari kedua Lebaran 2024

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

13 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

Berdasarkan pantauan pada pukul 05.35 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 151.

Baca Selengkapnya