Lima Hari Perluasan Ganjil Genap, Udara Jakarta Masih Tak Sehat
Reporter
M Julnis Firmansyah
Editor
Ninis Chairunnisa
Jumat, 13 September 2019 10:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Penerapan perluasan ganjil genap sejak Senin, 9 September lalu hingga sekarang tak terlalu membawa dampak signifikan terhadap kualitas udara Jakarta. Menurut laman AirVisual, udara Jakarta pada pagi ini, Jumat, 13 September 2019 berada dalam level tak sehat.
"Kualitas udara Jakarta mencapai angka 146 berdasarkan AQI atau indeks kualitas udara dengan status udara tidak sehat," bunyi pengumuman di laman airvisual.com.
Selain itu, AirVisual mencatat tingkat pencemaran PM 2,5 di Jakarta mencapai 53,7 µg/m³. PM 2,5 merupakan debu kecil berukuran 2,5 mikron yang dihasilkan dari sisa pembakaran, mulai dari bahan bakar fosil, PLTU Batubara, dan transportasi. Polutan ini bersifat karsinogenik dan memiliki ambang batas 65 µg/m³.
Dengan kondisi udara saat ini, masyarakat diimbau untuk tak melakukan aktivitas olah raga di luar ruangan, tak membuka jendela, memakai masker, dan menghidupkan fasilitas penyaring udara seperti AC.
Pemprov DKI sebelumnya telah memberlakukan perluasan wilayah ganjil genap sejak Senin lalu. Perluasan diharapkan membuat masyarakat berpindah dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.
Direktur Utama PT Transjakarta Agung Wicaksono mengklaim pemberlakuan perluasan ganjil-genap bahkan membuat perusahaannya mencetak rekor baru jumlah penumpang. Pada hari Rabu lalu, jumlah penumpang Transjakarta mencapai 902 ribu orang dari yang sebelumnya hanya 750 ribu.
Namun, pertambahan jumlah penumpang angkutan umum itu tak berbanding lurus dengan penurunan pencemaran udara di Jakarta. Terbukti di hari kelima perluasan ganjil genap, Jakarta berada di urutan keempat sebagai kota terpolusi di dunia setelah Lahore, Kabul, dan Hanoi.