Soal Kematian Maulana Suryadi, BW: Ada Konflik Kepentingan

Reporter

Imam Hamdi

Editor

Febriyan

Jumat, 4 Oktober 2019 15:19 WIB

Keluarga menabur bunga di pusara makam Maulana Suryadi, korban demonstrasi pelajar 25 September 2019.

TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Rumah Sakit Polri Kramatjati soal kematian Maulana Suryadi dinilai praktisi hukum Bambang Widjojanto memiliki konflik kepentingan. Menurut dia, harus ada pihak lain yang menelusuri penyebab kematian korban demonstrasi pelajar 25 September tersebut.

Bambang menyatakan pernyataan rumah sakit polri memiliki konflik kepentingan karena ada dugaan Maulana merupakan korban tindak kekerasan aparat kepolisian saat membubarkan demonstran.

"Kalau ada pihak yang terlibat dan membuat pernyataan kan itu ada conflict of interest. Sekarang pernyataan itu kan harus dikonfirmasi, untuk menyatakan asma bengek, jantung dan macam-macam kan harus ada forensik kedokteran," ujarnya saat ditemui di Balaikota DKI Jakarta, Jumat 4 Oktober 2019.

Maulana Suryadi diketahui tewas pada saat demonstrasi pelajar yang berujung kericuhan 25 September lalu. Ibu Maulana, Maspupah, menyatakan tak percaya dengan ucapan polisi bahwa anaknya tewas karena sesak nafas.

Meski mengetahui Maulana memiliki penyakit asma, menurut Maspupah, jenazah anaknya penuh dengan memar seperti bekas benturan benda tumpul. Kakak tiri Maulana, Bayu, bahkan menyebutkan bahwa bagian belakang kepala adiknya tersebut terasa lembek seperti terkena hantaman benda tumpul.

Advertising
Advertising

Selain itu, Maspupah yang menjemput jenazah Maulana di RS Polri Kramatjati menyatakan bahwa darah terlihat keluar dari telinga dan hidung anaknya tersebut. Darah tersebut bahkan terus keluar hingga jenazah sang anak akan dikebumikan pada Jumat 27 September 2019.

Namun pernyataan pihak keluarga tersebut dibantah oleh Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Komisaris Besar Edi Purnomo. Dia menyatakan tak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh Maulana. Dia juga menilai darah yang keluar dari jenazah juru parkir di kawasan Tanah Abang itu sebagai hal yang wajar.

Menanggapi masalah ini, Bambang pun menyesalkan sikap Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Komisi Kepolisian Nasional yang seakan hanya berdiam diri. Menurut dia, seharusnya Komnas HAM dan Kompolnas bisa menjadi pihak yang menjernihkan masalah ini dengan mengusut penyebab kematian Maulana.

"Sebenarnya Komnas HAM hari ini ada gak sih. Saya kurang mendapatkan informasi kerja Komnas HAM. Kemana saja Kompolnas. Ombudsman lumayan ada suaranya," kata Bambang. "Yang saya liat aktif KPAI. Kenapa lembaga watch dog seperti itu (Komnas HAM dan Kompolnas) tidak terlihat. Padahal kalau mereka bersatu kan enak. Bergabung dengan civil society."

Berita terkait

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

35 menit lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

5 jam lalu

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

Komnas HAM menggunakan 127 indikator untuk mengukur pemenuhan kewajiban negara dalam pelaksanaan HAM.

Baca Selengkapnya

Polisi Periksa Isi Percakapan Brigadir RA dan Istri di Ponselnya, Bakal Diungkap ke Publik

3 hari lalu

Polisi Periksa Isi Percakapan Brigadir RA dan Istri di Ponselnya, Bakal Diungkap ke Publik

Isi SMS antara istri dan Brigadir RA akan dirilis oleh Polres Metro Jakarta Selatan kepada publik.

Baca Selengkapnya

Brigadir RA Ditemukan Tewas di Dalam Mobil Alphard di Jakarta Selatan, Polisi Duga Bunuh Diri

5 hari lalu

Brigadir RA Ditemukan Tewas di Dalam Mobil Alphard di Jakarta Selatan, Polisi Duga Bunuh Diri

Polisi menyimpulkan sementara Brigadir RA tewas karena bunuh diri.

Baca Selengkapnya

MK Tolak Gugatan Sengketa Pilpres, BW: Selamat Datang Kegelapan

9 hari lalu

MK Tolak Gugatan Sengketa Pilpres, BW: Selamat Datang Kegelapan

Anggota Tim Hukum Nasional Anies-Muhaimin, Bambang Widjojanto alias BW, merespons putusan MK yang menolak permohonan sengketa pilpres.

Baca Selengkapnya

MK Nilai Bansos Tak Beri Dampak Kemenangan Prabowo-Gibran, Tim Hukum Anies-Muhaimin Beri Tanggapan

10 hari lalu

MK Nilai Bansos Tak Beri Dampak Kemenangan Prabowo-Gibran, Tim Hukum Anies-Muhaimin Beri Tanggapan

MK menolak dalil yang diajukan pemohon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mengenai bansos berkaitan dengan perolehan suara Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Bambang Widjojanto Konfirmasi Kehadiran Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar di Sidang MK, Ini Alasannya

10 hari lalu

Bambang Widjojanto Konfirmasi Kehadiran Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar di Sidang MK, Ini Alasannya

Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) akan hadir dalam sidang putusan MK soal sengketa pilpres atau PHPU. Apa alasan kehadirannya?

Baca Selengkapnya

Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Bambang Widjojanto: Ada Kejutan, 8 Hakim Konstitusi Diuji Kenegarawanannya

10 hari lalu

Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Bambang Widjojanto: Ada Kejutan, 8 Hakim Konstitusi Diuji Kenegarawanannya

Pagi ini, Senin, 22 April 2024 putusan MK mengenai sengketa Pilpres 2024 atau PHPU akan dibacakan. "Ada kejutan," kata Bambang Widjojanto.

Baca Selengkapnya

Bertemu Panglima TNI, Ketua Komnas HAM Sebut Tak Khusus Bahas Soal Papua

12 hari lalu

Bertemu Panglima TNI, Ketua Komnas HAM Sebut Tak Khusus Bahas Soal Papua

Pertemuan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan Komnas HAM tidak secara khusus membahas konflik di Papua dan upaya penyelesaiannya.

Baca Selengkapnya

Bambang Widjojanto Beri Respons Banjir Amicus Curiae dalam Sengketa Pilpres di MK

14 hari lalu

Bambang Widjojanto Beri Respons Banjir Amicus Curiae dalam Sengketa Pilpres di MK

Bambang Widjojanto tim hukum Anies-Muhaimin beri respons banjir amicus curiae ke MK dalam sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya