Kematian Akbar Alamsyah, KontraS Tuntut Penjelasan Tim Dokter

Minggu, 13 Oktober 2019 08:49 WIB

Keluarga Akbar Alamsyah menangis saat menghadiri prosesi pemakaman korban demo ricuh itu, di Taman Pemakaman Umum (TPU) kawasan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat, 11 Oktober 2019. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) menuntut kepolisian tidak berhak menjelaskan penyebab kematian Akbar Alamsyah. Pemuda berusia 19 tahun itu menjadi korban meninggal usai kerusuhan di DPR pada 25 September lalu.

Menurut Koordinator KontraS, Yati Andriyani, penjelasan penyebab Akbar mengalami luka serius di kepala hingga koma dan meninggal harus disampaikan oleh tim dokter. Sebelum meninggal, korban sempat ditangani dokter di RS Pelni, RS Polri Bhayangkara hingga RSPAD.

"Apa yang menyebabkan luka luka kritis tersebut, tindakan tindakan medis apa yang sudah dilakukan harus dijelaskan secara jujur dan profesional oleh tim dokter di RS yang menangani korban," kata Yati melalui pesan singkat, Sabtu, 12 Oktober 2019. "Termasuk menguji apakah lukanya karena jatuh atau karena tindakan lain."

Sebelumnya polisi menyatakan Akbar ditemukan telah tergeletak dan terluka di trotoar Slipi pada Kamis dinihari, 26 September 2019.

Kontras mendesak transparansi dari pihak kepolisian dalam mengungkap penyebab kematian Akbar Alamsyah karena mereka adalah penanggungjawab keamanan dan pengamanan dalam aksi demonstrasi di DPR.

Akbar Alamsyah, korban meningggal dalam kerusuhan demonstrasi di DPR. Foto: Istimewa

Kepolisian juga harus menjelaskan mengapa pengamanan aksi sampai menyebabkan jatuhnya korban jiwa, luka - luka, penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang terhadap begitu banyak orang di berbagai tempat. "Termasuk di Kendari."

Advertising
Advertising

Menurut dia, Polri tidak bisa mempertanggungjawabkan masalah ini hanya dengan memberikan keterangan secara sepotong-sepotong dan berubah-ubah.

Dalam kasus Akbar, misalnya, Polri menyatakan Akbar mengalami luka luka hingga kritis karena dipukul massa. Namun keterangan polisi berubah menjadi Akbar kritis karena jatuh dari pagar.

Perubahan tersebut terkesan hanya pernyataan defensif dari Polri. "Pernyataan itu jauh dari prinsip keterbukaan dan transparansi dan juga akuntabilitas," ucapnya.

Untuk mengungkap kematian Akbar Alamsyah, KontraS mengusulkan pembentukan tim independen di bawah Presiden langsung. Tim tersebut dapat terdiri dari unsur Komnas HAM, ORI, Kompolnas, Komnas Perempuan, KPAI, LPSK, perwakilah ahli dari masyarakat sipil. Selain untuk menemukan fakta-fakta peristiwa, tim tersebut sekaligus juga untuk memastikan adanya langkah koordinatif yang cepat, efektif dalam penanganan kasus-kasus yang terjadi. "Baik kasus jatuhnya korban jiwa, korban luka, termasuk pemantauan dan pembebasan mereka yang masih ditahan Kepolisian."

Berita terkait

Pro-Kontra atas Keputusan TNI Kembali Gunakan Istilah OPM

19 hari lalu

Pro-Kontra atas Keputusan TNI Kembali Gunakan Istilah OPM

Penyebutan OPM bisa berdampak negatif karena kurang menguntungkan bagi Indonesia di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Soal Perubahan Istilah KKB Jadi OPM, Begini Kritik Komisi I DPR RI, Pakar Militer, hingga KontraS

20 hari lalu

Soal Perubahan Istilah KKB Jadi OPM, Begini Kritik Komisi I DPR RI, Pakar Militer, hingga KontraS

Perubahan penyebutan istilah KKB jadi OPM menuai kritik dari sejumlah pihak. Apa saja kritik mereka?

Baca Selengkapnya

Ragam Reaksi atas Keputusan TNI Kembali Pakai Istilah OPM

21 hari lalu

Ragam Reaksi atas Keputusan TNI Kembali Pakai Istilah OPM

Penggantian terminologi KKB menjadi OPM dinilai justru bisa membuat masalah baru di Papua.

Baca Selengkapnya

KontraS Desak Pemerintah Mitigasi Dampak Perubahan Istilah KKB bagi Keamanan di Papua

22 hari lalu

KontraS Desak Pemerintah Mitigasi Dampak Perubahan Istilah KKB bagi Keamanan di Papua

KontraS mengatakan perubahan nama KKB menjadi OPM itu harus diikuti dengan jaminan perlindungan dari negara bagi masyarakat yang ada di Papua.

Baca Selengkapnya

3 Anggota TNI AL di Halmahera Selatan Lakukan Penganiayaan Jurnalis, Begini Kecaman dari Dewan Pers, AJI, dan KontraS

31 hari lalu

3 Anggota TNI AL di Halmahera Selatan Lakukan Penganiayaan Jurnalis, Begini Kecaman dari Dewan Pers, AJI, dan KontraS

Penganiayaan jurnalis oleh 3 anggota TNI AL terjadi di Halmahera Selatan. Ini respons Dewan Pers, AJI, dan KontraS. Apa yang ditulis Sukadi?

Baca Selengkapnya

Anggota TNI Diduga Siksa Jurnalis di Halmahera Selatan, KontraS: Tak Manusiawi

33 hari lalu

Anggota TNI Diduga Siksa Jurnalis di Halmahera Selatan, KontraS: Tak Manusiawi

Danlanal Ternate meminta maaf atas insiden kekerasan terhadap wartawan yang terjadi di Bacan, Halmahera Selatan.

Baca Selengkapnya

KontraS Sebut Langkah TNI Tangani Kasus Papua Belum Cukup, Perlu Evaluasi Total

39 hari lalu

KontraS Sebut Langkah TNI Tangani Kasus Papua Belum Cukup, Perlu Evaluasi Total

KontraS mengatakan perlu dilakukan evaluasi total seluruh langkah dan pendekatan keamanan yang selama ini berlangsung di Papua.

Baca Selengkapnya

Datangi Kempolrienpan RB, KontraS Minta Hentikan RPP Penempatan Jabatan Sipil TNI - Polri

43 hari lalu

Datangi Kempolrienpan RB, KontraS Minta Hentikan RPP Penempatan Jabatan Sipil TNI - Polri

KontraS mendatangi Kemenpan RB untuk memberikan catatan kritis RPP tentang manajemen ASN terutama pasal penempatan jabatan sipil oleh TNI-Polri.

Baca Selengkapnya

MK Hapus Pasal Keonaran dan Berita Bohong, Fatia Maulidiyanti: Pasal Ini Hukumannya Berat

43 hari lalu

MK Hapus Pasal Keonaran dan Berita Bohong, Fatia Maulidiyanti: Pasal Ini Hukumannya Berat

Ketua AJI Indonesia Sasmito Madrim mengatakan putusan MK yang menghapus pasal 14 dan 15 UU 1 Tahun 1946 merupakan angin segar bagi jurnalis.

Baca Selengkapnya

Din Syamsuddin Pimpin Aksi Demo di DPR Tolak Kecurangan Pemilu

46 hari lalu

Din Syamsuddin Pimpin Aksi Demo di DPR Tolak Kecurangan Pemilu

Din Syamsuddin mengaku menggerakan aksi demo di DPR.

Baca Selengkapnya