Cuaca Panas Hingga Akhir Oktober, BMKG Bilang Begini
Reporter
Imam Hamdi
Editor
Dwi Arjanto
Selasa, 22 Oktober 2019 15:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memperkirakan suhu atau cuaca panas masih bakal mendera Jakarta dan sekitarnya hingga sepekan ke depan.
BMKG mengimbau masyarakat mengantisipasi cuaca panas tersebut kepada kesehatan dan kebakaran hutan dan lahan.
Kepala Bidang Diseminasi, Informasi, Iklim dan Kualitas Udara Badan BMKG Hary Tirto Djatmiko, mengatakan masyarakat yang terdampak suhu udara panas diimbau untuk minum air putih yang cukup guna menghindari dehidrasi.
"Kami imbau juga mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar matahari jika beraktivitas di luar ruangan, serta mewaspadai aktivitas yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan khususnya di wilayah-wilayah yang memiliki potensi tinggi karhutla," kata Hary melalui keterangan tertulisnya, Selasa, 22 Oktober 2019.
Ia menjelaskan beberapa hari terakhir memang suhu udara pada siang hari cukup terik. Beberapa stasiun pengamatan BMKG mencatat suhu udara maksimum dapat mencapai 37 Celcius sejak tanggal 19 Oktober lalu.
Bahkan pada tanggal 20 Oktober terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi yaitu, Stasiun Meteorologi Hasanuddin, Makassar 38.8 derajat celcius diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38.3 C, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37.8 derajat celcius.
"Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, dimana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum mencapai 37 C."
Suhu panas yang terjadi beberapa hari terakhir karena adanya gerak semu matahari. Berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan Khatulistiwa.
Pada September, kata dia, matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan Bumi selatan hingga Desember. Sehingga pada Oktober ini, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan, seperti Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan wilayah lainnya.
Nah, kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak, sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari. Selain itu pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering. "Sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari."