PDAM Mulai Pasang Pipa Atasi Kekeringan Akut di Pegadungan

Reporter

Adam Prireza

Editor

Dwi Arjanto

Sabtu, 26 Oktober 2019 12:31 WIB

Penjual air bersih saat mengisi air ke dalam jeriken di Muara Angke, Jakarta Utara, Selasa, 23 Juli 2019. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta -Beberapa wilayah di Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, terdampak kekeringan lantaran hujan yang tak kunjung turun.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta mencatat ada 11 RT di 2 RW Kelurahan Pegadungan yang warganya kesulitan air alh

Lurah Pegadungan, Sulastri, mengatakan dua RW, yaitu RW 9 dan 2, sebelumnya memang belum terpasang saluran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sejak kekeringan terjadi di awal Oktober, kata dia, pihak PDAM telah memulai penggalian untuk memasang pipa air. “Targetnya selesai di akhir tahun ini dan air akan mengalir mulai 2020,” kata Sulastri lewat sambungan telepon.

Sulastri menjelaskan, sebelumnya warga di dua RW itu mengandalkan air Kali Maja untuk mencuci baju. Lantaran sudah lama tak turun hujan, air di kali tersebut pun menyusut. Warga akhirnya kesulitan mencari air bersih.

Untuk mengantisipasi hal itu, tim Satuan Tugas Air Bersih bentukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama PDAM dan mitranya telah menyalurkan bantuan air bersih. Baznas DKI, kata Sulastri, juga telah memberikan bantuan berupa tandon air di masing-masing RW.

Advertising
Advertising

Setiap dua hari sekali, Sulastri mengatakan empat truk tangki air mengantarkan air bersih ke dua RW tersebut. “Air dikumpulkan di tandon, terus warga ambil dari situ,” tutur dia.

Sulastri menjelaskan, di Kelurahan Pegadungan terdapat 20 RW, di mana 10 di antaranya merupakan perumahan yang telah memiliki pengolahan air sendiri. Sisanya, kata dia, masih berbentuk perkampungan, termasuk RW 2 dan 9 yang sama sekali belum dialiri PDAM. “Ada beberapa RW yang sudah teraliri, tapi kan pasokan airnya kurang lancar karena musim kemarau,” ujar Sulastri.

Warga di RW perkampungan itu juga mengalami permasalahan air tanah. Sulastri mengatakan kalau air tanah di sana tak dapat digunakan untuk konsumsi sehari-hari lantaran mengandung kadar besi yang tinggi.

Hal itu, lanjut dia, yang membuat warga lebih memilih mencuci baju di Kali Maja ketimbang menggunakan air tanah. “Walaupun kalinya kotor, air di atas permukaan itu kan bening. Tapi tidak bau seperti air tanah di kami,” kata dia.

Meski begitu Sulastri tetap tidak sepakat warganya menggunakan air kali untuk mencuci akibat kekeringan panjang. Pihak kelurahan telah melakukan berbagai sosialiasi agar warga beralih dari kebiasaan yang sudah turun-temurun itu.

Berita terkait

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

38 hari lalu

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

Kominfo bertugas memastikan jaringan telekomunikasi di Forum Air Sedunia pada 18-25 Mei 2024 di Bali.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

44 hari lalu

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.

Baca Selengkapnya

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

44 hari lalu

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.

Baca Selengkapnya

Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

45 hari lalu

Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

Kajian peneliti BRIN menunjukkan potensi kekeringan esktrem di IKN Nusantara dan wilayah lainnya di Kalimantan pada 2033-2050. Dipicu perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

48 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

50 hari lalu

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

Bencana akibat krisis iklim membuat 874 Ha sawah di Jawa Barat gagal panen pada musim tanam 2023/2024. Lahan tergerus banjir, kering, dan longsor.

Baca Selengkapnya

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

2 Maret 2024

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

Kepulauan Canary, khususnya Pulau Tenerife, di Spanyol menghadapi kekeringan parah yang semakin memburuk,

Baca Selengkapnya

Selain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino

29 Februari 2024

Selain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino

Berbagai pihak menyebut fenomena El Nino masih akan berlanjut. Berikut ini daftar negara yang masih mengalami El Nino, selain Indonesia.

Baca Selengkapnya

Meski El Nino Melemah, Tren Bulan-bulan Terpanas Tak Patah di Januari 2024

8 Februari 2024

Meski El Nino Melemah, Tren Bulan-bulan Terpanas Tak Patah di Januari 2024

Walau fenomena El Nino sudah melemah, peningkatan suhu permukaan laut global masih tercatat tinggi dan melampaui rekor global.

Baca Selengkapnya

Kajian Iklim 2021-2050 BRIN, Pulau Jawa Makin Panas dan IKN Kekeringan Ekstrem

1 Februari 2024

Kajian Iklim 2021-2050 BRIN, Pulau Jawa Makin Panas dan IKN Kekeringan Ekstrem

Kekeringan ekstrem di masa mendatang juga berdampak pada wilayah Kalimantan bagian tengah, timur dan selatan, termasuk IKN.

Baca Selengkapnya