Sindikat Penipuan Online Dibongkar, Polisi: Ada 66 WNA Asal Cina

Reporter

Antara

Editor

Dwi Arjanto

Selasa, 26 November 2019 14:06 WIB

Polisi mengamankan puluhan WNA Cina saat dilakukan penggerebekan terhadap sindikat pelaku penipuan di Perumahan Mega Kebon Jeruk, Jakarta, Senin, 25 November 2019. Polisi menggerebek terduga sindikat pelaku penipuan itu di enam lokasi di Jakarta Barat. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik Polda Metro Jaya mengamankan total 66 warga negara asing atau WNA asal Cina yang ditengarai sebagai anggota sindikat penipuan online internasional saat menggerebek enam lokasi yang digunakan sebagai basis operasi mereka, kemarin.

Enam lokasi itu di Griya Loka BSD, Mega Kebon Jeruk, Kemanggisan Slipi, Pantai Indah Kapuk, Perum Intercon dan Bandengan Tambora.

"Untuk sementara data yang saya dapat ini ada 66 WN China yang saat ini kita amankan," kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Iwan Kurniawan di Slipi, Jakarta Barat, Senin malam 25 November 2019.

Suasana penggerebekan terhadap puluhan WNA Cina yang diduga sebagai sindikat pelaku penipuan di Perumahan Mega Kebon Jeruk, Jakarta, Senin, 25 November 2019. Penggerebekan tersebut merupakan hasil kerjasama kepolisian Indonesia dengan Cina. ANTARA

Iwan mengatakan jumlah pelaku yang diamankan bisa bertambah, karena selain di enam lokasi di atas, pihaknya juga melakukan penyelidikan terkait kasus serupa di Jawa Timur.

"Jadi 7 titik lokasi ini ada kurang lebih di Jakarta ada 5, di Tangerang 1 dan ada 1 lagi pengembangan di Jatim di daerah Malang," demikian Iwan.

Para pelaku itu dibawa ke Polda Metro Jaya untuk diinterogasi lebib lanjut. Polisi saat ini masih membutuhkan penerjemah bahasa untuk memeriksa para pelaku itu.

Seperti diketahui, polisi menggeledah enam rumah yang dihuni oleh puluhan warga negara China yang diduga sebagai sindikat penipuan melalui telepon.

"Ini kasus penipuan dengan menggunakan media telkom atau telepon dimana para pelakunya warga negara asing. Jadi rata-rata ini warga negara dari China atau Tiongkok dan juga korbannya juga sama, korbannya warga negara asing sendiri atau dari China sana," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus.

Dijelaskan Yusri, modus operandi kelompok ini adalah menelpon orang yang telah terdaftar dalam daftar sasaran dan mengatakan bahwa mereka mempunyai masalah data keuangan.

Sindikat ini mengaku bisa mengurus masalah data keuangan korban. Korban yang terjebak kemudian diminta mengirimkan sejumlah uang ke rekening bank yang diarahkan pelaku.

ANTARA

Berita terkait

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

1 jam lalu

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

Simak susunan pemain untuk laga final Piala Thomas 2024 antara Cina vs Indonesia yang akan digelar hari ini, Migggu, mulai 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

3 jam lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

17 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

22 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

23 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

23 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Kasus Mayat dalam Koper, Pelaku dan Korban Sempat Bertemu di Kantor Sebelum ke Hotel

1 hari lalu

Kasus Mayat dalam Koper, Pelaku dan Korban Sempat Bertemu di Kantor Sebelum ke Hotel

Polisi menyatakan kronologi kasus mayat dalam koper bermula ketika pelaku bertemu korban di kantor.

Baca Selengkapnya

Kasus Mayat dalam Koper, Pelaku Pakai Uang Kantor Sebesar Rp 7 Juta

1 hari lalu

Kasus Mayat dalam Koper, Pelaku Pakai Uang Kantor Sebesar Rp 7 Juta

Pelaku kasus mayat dalam koper gunakan uang kantornya sebesar Rp 7 juta untuk kabur.

Baca Selengkapnya