Ular Kobra Muncul di Permukiman, Ini Hal-hal yang Perlu Diketahui

Reporter

Antara

Sabtu, 14 Desember 2019 10:58 WIB

Petugas dinas pemadam kebakaran melakukan evakuasi seekor ular King Kobra (Ophiophagus Hannah) saat ditemukan di kawasan permukiman warga Jakasampurna, di Bekasi, Jawa Barat, Kamis 12 Desember 2019. ANTARA FOTO/Risky Andrianto

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti herpetologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Amir Hamidy, mengungkapkan penyebab munculnya fenomena ular kobra yang muncul di area permukiman warga di sejumlah lokasi belakangan ini. Menurut Amir, hal tersebut karena di musim penghujan memang masa telur ular kobra menetas.

"Kemunculan kobra memang karena sedang musimnya menetas anak-anak ular dan itu akan terjadi lagi karena memang siklus tahunan," kata ahli reptilia itu, Kamis, 12 Desember 2019.

Puluhan anak ular kobra sebelumnya muncul di permukiman warga di perumahan Royal Citayam Residence Bojonggede, Bogor dan Cilodong, Depok. Kemunculannya membuat cukup membuat heboh warga karena jumlahnya yang lebih dari satu

Menurut Amir, habitat ular kobra memang berada di sekitar ruang aktivitas manusia. Reptilia itu bisa tinggal di area terbuka seperti sawah, ladang dan lahan di sekitar rumah penduduk.

"Hal itu bisa terjadi karena mangsa alami kobra, yaitu tikus, banyak ditemukan di daerah dekat dengan tempat tinggal manusia dan juga karena sebelum menjadi daerah perumahan tempat itu biasanya merupakan habitat asli kobra," kata Amir.

Advertising
Advertising

Ketika ular kobra bisa bertahan hidup di habitat yang berubah menjadi kawasan permukiman, kata Amir, maka mereka akan bertelur di sana dan telur-telur itu akan menetas dalam waktu dua sampai empat bulan.

Di lokasi tempat anak-anak ular kobra muncul di permukiman, menurut Amir, kemungkinan telur-telur ular kobra yang ditinggalkan oleh induknya menetas.

Setiap ular kobra, kata Amir, bisa menghasilkan sepuluh sampai dua puluh telur. "Jadi pada saat sebagian besar telur itu menetas akan banyak anakan kobra yang berkeliaran di area yang menjadi habitat kobra," ujarnya.

Amir pun menjelaskan bahwa telur ular kobra berwarna putih, bercangkang keras dan berbentuk lonjong dengan ukuran bervariasi. Ketika mendapati telur ular kobra di rumah, ia menyarankan untuk memindahkannya telur ke habitat yang lebih aman untuk reptil tersebut.

Apabila menemukan ular kobra yang masih hidup, menurut Amir, lebih baik menyerahkan penanganannya kepada petugas profesional seperti pemadam kebakaran atau komunitas pencinta dan ahli ular. Sebab, ular itu termasuk jenis ular yang berbahaya dengan bisa beracun.

Berita terkait

Waspada 9 Penyakit ini Sering Muncul Saat Musim Hujan

32 hari lalu

Waspada 9 Penyakit ini Sering Muncul Saat Musim Hujan

Musim hujan membawa risiko peningkatan penyebaran berbagai penyakit berikut ini.

Baca Selengkapnya

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

33 hari lalu

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?

Baca Selengkapnya

Pengendara Mobil Patut Waspada Aquaplaning Saat Musim Hujan, Apa itu?

36 hari lalu

Pengendara Mobil Patut Waspada Aquaplaning Saat Musim Hujan, Apa itu?

Pengendara mobil patut mewaspadai bahaya aquaplaning saat musim hujan, Ini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Kemarau Mundur, Kapan Musim Hujan di Indonesia Selesai?

41 hari lalu

Kemarau Mundur, Kapan Musim Hujan di Indonesia Selesai?

Musim hujan di Indonesia masih akan terus berlangsung selama Maret 2024

Baca Selengkapnya

Hotel di Singapura Ini Janji Bayar Tamu jika Hujan Turun selama Liburan

55 hari lalu

Hotel di Singapura Ini Janji Bayar Tamu jika Hujan Turun selama Liburan

Hotel ini menjanjikan akan mengganti biaya menginap semalam jika turun hujan yang mengganggu liburan di Singapura.

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Cuaca Ekstrem akan Berlangsung sampai 8 Maret 2024, Ini Indikator Cuaca Ekstrem

57 hari lalu

BMKG Sebut Cuaca Ekstrem akan Berlangsung sampai 8 Maret 2024, Ini Indikator Cuaca Ekstrem

BMKG sebut cuaca ekstrem sampai 8 Maret 2024. Ada tiga indikator untuk menentukan cuaca ekstrem, dari tekanan udara, awan, sampai angin.

Baca Selengkapnya

Jaga Daya Tahan Tubuh di Musim Hujan, Ahli Gizi Ingatkan Pola Makan Sehat

59 hari lalu

Jaga Daya Tahan Tubuh di Musim Hujan, Ahli Gizi Ingatkan Pola Makan Sehat

Pakar menyarankan menerapkan pola makan sehat dengan gizi lengkap untuk menjaga ketahanan tubuh di musim hujan seperti sekarang.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Apple Car Stop, Laptop Layar Transparan, dan Puncak Hujan Terlewati

59 hari lalu

Top 3 Tekno: Apple Car Stop, Laptop Layar Transparan, dan Puncak Hujan Terlewati

Top 3 Tekno pada Jumat pagi 1 Maret 2024, diawali dari artikel tentang Apple yang telah membatalkan proyek mobil listrik perdananya, Apple Car.

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Puncak Musim Hujan Sudah Lewat, Cuaca Ekstrem Berpotensi Hingga 8 Maret

29 Februari 2024

BMKG Sebut Puncak Musim Hujan Sudah Lewat, Cuaca Ekstrem Berpotensi Hingga 8 Maret

BMKG memantau hujan dengan intensitas ringan hingga ekstem masih terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia sejak 24 hingga 29 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Kapan Musim Hujan di Indonesia Berakhir? Ini Prediksi BRIN dan BMKG

22 Februari 2024

Kapan Musim Hujan di Indonesia Berakhir? Ini Prediksi BRIN dan BMKG

Kapan musim hujan di Indonesia berakhir? Ini prediksi BRIN dan BMKG terkait akhir musim hujan dan prakiraan musim kemarau pada 2024.

Baca Selengkapnya