10 Hari Physical Distancing, Kualitas Udara Jakarta Belum Sehat

Reporter

Adam Prireza

Editor

Juli Hantoro

Selasa, 31 Maret 2020 16:13 WIB

Lalu lintas kendaran bermotor terlihat sepi setelah meluasnya penyebaran virus Corona atau Covid-19, di Jalan HR. Rasuna Said, Jakarta, Jumat, 20 Maret 2020. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) mencatat selama 10 hari penerapan physical distancing karena wabah virus corona, kualitas udara Jakarta masih dalam kategori tidak sehat. Pada periode 16-25 Maret, tercatat udara Jakarta dengan konsentrasi PM 2,5 rata-rata 44,55 ug/m3.

Direktur KPBB, Ahmad Safrudin, mengatakan beberapa faktor menyebabkan belum adanya penurunan secara signifikan dari kualitas udara Ibu Kota. “Adanya exposure yang berasal dari industri di sekitar Jabodetabek yang tetap berproduksi sekalipun terjadi penurunan akibat social/physical distancing, termasuk pabrik semen di kawasan Bogor,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 31 Maret 2020.

Penyebab lainnya, kata Safrudin, adalah adanya bahan pencemar udara yang berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan pembangkit listrik tenaga diesel yang ada di Pulau Jawa. Terutama, lanjut dia, di seputar Cilegon dan Tangerang.

Sebagian pabrik di DKI Jakarta, di mana 33 persen masih menggunakan bahan bakar batu bara, juga masih beroperasi. “Ada indikasi 7,26% PM2.5 berasal dari pembakaran batu-bara,” kata dia.

Safrudin dan timnya juga mencatat masih adanya kegiatan bongkar muat kapal di wilayah Pantai Utara DKI Jakarta. Terutama Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Batu-bara Marunda.

Advertising
Advertising

Diketahui bahwa kapal-kapal tersebut berbahan bakar dengan kadar belerang di atas 10 ribu ppm dan menjadi penyebab pencemaran udara.

Peningkatan kecepatan kendaraan bermotor di wilayah Jabodetabek akibat penurunan kemacetan di jalan raya juga dapat meningkatkan debu jalanan. Menurut Safrudin, potensi paparan debu jalanan itu berkisar antara 30-100 gram/m25, tergantung pada kondisi bersih tidaknya jalan raya dari debu, pasir, tanah, lumpur, atau material lain.

Meski begitu, Safrudin mengatakan ada potensi penurunan pencemaran udara menuju kualitas udara dalam kategori baik dalam 5-10 hari ke depan. Hal itu dapat terjadi bila kebijakan physical distancing terus dijalankan dengan pelarangan total kendaraan penumpang, baik pribadi maupun umum, melintas di Jabodetabek tanpa alasan yang mendesak.

“Maka penurunan pencemaran udara ini akan efektif dan mampu mencapai kualitas udara baik. Kategori yang sangat membantu meringankan risiko bagi penderita terinfeksi Covid-19,” ucap Safrudin.

Berita terkait

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

2 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

10 hari lalu

Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

Jakarta diprediksi hujan sejak siang, Jumat. 19 April 2024. BMKG memprediksi hujan petir turun di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

12 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

Berdasarkan pantauan pada pukul 05.35 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 151.

Baca Selengkapnya

Indonesia Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara pada 2023 Versi IQAir , Bagaimana Kualitas Udara di Jakarta?

40 hari lalu

Indonesia Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara pada 2023 Versi IQAir , Bagaimana Kualitas Udara di Jakarta?

Laporan tahunan IQAir menunjukkan rapor merah kualitas udara di Indonesia, khususnya di Jakarta dan sekitarnya. Polusi udara meningkat pada 2023.

Baca Selengkapnya

Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

40 hari lalu

Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

Laporan IQAir memaparkan hanya tujuh negara yang kualitas udaranya memenuhi standar WHO.

Baca Selengkapnya

BMKG Perkirakan Langit Jakarta Masih Cerah Hari Ini, Suhu Berkisar 23-32 Derajat Celcius

40 hari lalu

BMKG Perkirakan Langit Jakarta Masih Cerah Hari Ini, Suhu Berkisar 23-32 Derajat Celcius

Langit Jakarta diperkirakan masih cerah pada hari ini Rabu, 20 Maret 2024. Hujan diperkirakan baru turun di sebagian kecil wilayahpada dinihari esok.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

45 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

47 hari lalu

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

Di Jakarta, setidaknya ada dua TPU yang jadi tempat permakaman korban saat pandemi Covid-19, yakni TPU Tegal Alur dan Pondok Ranggon.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

48 hari lalu

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

WHO tetapkan 11 Maret 2020 sebagai hari pertama pandemi global akibat wabah Covid-19. Kini, 4 tahun berlalu, masihkan patuhi protokol kesehatan?

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

49 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

Udara Jakarta memburuk menjelang libur panjang akhir pekan. Merujuk data IQAir, kualitas udara Jakarta terburuk ke-10 dari kota besar di dunia.

Baca Selengkapnya