5 Fakta Banjir Bandang di Gunung Mas Puncak

Kamis, 21 Januari 2021 06:49 WIB

Warga melihat kondisi jalan pasca banjir bandang yang melanda Kampung Gunung Mas Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa, 19 Januari 2021. Bahkan, material air banjir bandang masuk hingga ke halaman rumah warga yang berada di dalam kawasan objek wisata alam sekaligus bekas area pabrik pengolahan teh. ANTARA/Yulius Satria Wijaya

TEMPO.CO, JAKARTA- Banjir bandang melanda kawasan desa di perkebunan teh Gunung Mas, Puncak, Cisarua, Jawa Barat pada Selasa pagi, 19 Januari 2021. Kepala Stasiun Klimatologi, BMKG Bogor Abdul Mutholib mengatakan, curah hujan dengan intensitas ekstrem tercatat pada Pos Hujan Gunung Mas Puncak sebesar 107,5 milimeter, yaitu hujan sangat lebat.

Berdasarkan pantauan citra radar, saat itu tampak terjadi pergerakan awan hujan dari arah barat hingga barat laut ke wilayah Cisarua, Bogor dalam durasi yang lama dan bersifat terus menerus dari siang hingga dini hari, yakni pukul 10.46-05.00 WIB. Kondisi curah hujan yang cukup tinggi tersebut berpotensi memicu luapan air sungai dan mengakibatkan banjir di sekitar daerah aliran sungai.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Bogor melaporkan 900 jiwa terdampak banjir bandang Cisarua . Sementara ini warga diungsikan ke rumah kerabat dan sebagian menempati Wisma PTPN 8 Gunung Mas. Berikut adalah sederet fakta banjir bandang di Gunung Mas, Puncak, yang Tempo rangkum:

1. Muncul opsi relokasi

Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, melibatkan Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk mengkaji potensi pergeseran tanah di Komplek Gunung Mas, Kawasan Puncak, Cisarua, Bogor, usai banjir bandang. "Kami akan memanggil BIG untuk melihat konstruksi tanah, bagaimana apakah masih ada pergerakan. Nanti kami minta masukan dari mereka," ungkap Wakil Bupati Bogor, Iwan Setiawan saat meninjau lokasi banjir, Selasa, 19 Januari 2021.

Menurutnya, jika BIG menyatakan bahwa kawasan tersebut berpotensi tinggi terjadinya pergeseran tanah, maka Pemkab Bogor akan memunculkan opsi relokasi. Iwan menyebutkan bahwa hingga kini para korban banjir di Gunung Mas Puncak masih dilarang untuk pulang, khawatir terjadi banjir bandang susulan. Sehingga terpaksa mengungsi di tempat yang dianggap lebih aman.

<!--more-->

2. Balok kayu dan hujan diduga penyebab banjir bandang

Iwan Setiawan menyebut banjir bandang, Selasa 19 Januari 2021, karena aliran sungai terbendung di sebuah air terjun oleh balok kayu. Bendung lalu jebol setelah intensitas hujan beberapa hari di wilayah selatan Kabupaten Bogor itu terbilang tinggi.

BMKG, kata Iwan, mencatat curah hujan di wilayah Gunung Mas pada Selasa pagi berstatus sangat lebat dengan curah hujan 107,5 mm per hari. "Karena intensitas air (hujan) yang cukup tinggi, dan ada balok yang menahan air, jadinya air bah (banjir bandang)," katanya saat meninjau lokasi banjir, Selasa 19 Januari 2021.

Iwan menepis faktor penebangan liar di kawasan yang berstatus hutan lindung tersebut sebagai penyebab banjir bandang. "Kalau lihat dari wilayah di sini, sangat steril dari penebangan liar atau bangunan tidak ada," katanya.

3. Gunung Mas Puncak rawan banjir bandang

Badan Geologi menyebut kawasan Gunung Mas Puncak Cisarua, Kabupaten Bogor berpotensi kembali dilanda banjir bandang. Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Agus Budianto mengatakan, lokasi di kawasan Puncak, Cisarua itu rawan bencana.

“Daerah ini potensi tinggi pergerakan tanah dan banjir bandang,” kata Agus dalam konferensi pers daring, Rabu, 20 Januari 2021.

Agus mengatakan lokasi longsor di Gunung Mas tersebut berada di mulut lembah dengan bentuk tapal kuda. “Morfologinya sangat tegas bahwa tata kawasan yang dibangun di mulut lembah dari satu morfologis bentuk tapal kuda yang sangat besar, dan wilayah ini wilayah vulkanik dengan pelapukan yang tebal, di bawahnya material keras dari morfologi si Gunung Mas,” kata dia.

Daerah permukiman Gunung Mas yang persis di mulut lembah tersebut membuatnya rawan banjir bandang. “Daerah yang berada di mulut lembah, dengan satu cekungan besar di atasnya, bukan suatu tata kawasan yang harus dikembangkan untuk pertumbuhan. Jadi artinya ini satu batasan alur sungai, dan wilayah yang seperti itu memang harus di tata ulang,” kata dia.

<!--more-->

4. BPBD segera normalisasi sungai

BPBD Kabupaten Bogor akan segera melakukan normalisasi sungai untuk mencegah luapan air setelah banjir bandang di Gunung Mas Puncak, Cisarua. "Kami sudah koordinasi dengan dinas teknis terkait, mulai dari PUPR, kemudian Balai Besar wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, PTPN, kemudian dengan dinas terkait lainnya untuk normalisasi aliran sungai," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor Raya Al Fajar kepada ANTARA, Rabu 20 Januari 2021.

Normalisasi sungai diperkirakan berlangsung 10-12 hari. Setelah normalisasi, warga kedua desa yang menjadi korban banjir bandang diharapkan bisa kembali ke rumah mereka. Raya mengatakan BPBD akan melakukan mitigasi struktural untuk mengendalikan aliran air sungai yang mencari jalannya sendiri karena tersumbat. "Kemudian kita kendalikan kembali untuk wilayah di sekitar Gunung Mas inj dengan normalisasi dan pembuatan tanggul," katanya.

Pada antisipasi bencana di masa cuaca ekstrem ini, BPBD Kabupaten Bogor melakukan upaya mitigasi secara nonstruktural berupa imbauan. "Kita sudah sampaikan semua sampai ke aparatur yang di bawah, mulai dari kecamatan, desa, RT dan RW untuk siaga," ujarnya. Untuk permukiman penduduk di Gunung Mas Puncak maupun daerah rawan bencana yang lain, BPBD akan mencari solusi guna meminimalkan dampak kerusakan dari potensi bencana alam di masa mendatang.

5. Tanggul jebol

Banjir bandang Cisarua yang memicu longsor di Puncak diduga terjadi akibat jebolnya tanggul alam yang membendung aliran sungai Cisampay. Kepala Bidang pencegahan dan kesiap-siagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Dede Armansyah mengatakan tanggul alami itu terbentuk dari bekas longsoran di Gunung Letik. "Hujan turun dengan intensitas tinggi membuat genangan air tersebut turut meluap dan jadilah banjir bandang," kata Dede kepada Tempo, Rabu 20 Januari 2021.

Kepala Desa Tugu Selatan M. Eko Windiana mengatakan penyebab utama banjir bandang di Rawa Dulang sebab tanggul alami yang terbuat dari material longsor terdahulu jebol setelah kawasan itu diguyur hujan lebat sejak Senin siang hingga Selasa pagi. Eko menyebut ada kemungkinan banjir dan longsor itu juga dipengaruhi pembalakan hutan. "Kami belum bisa menduga, menunggu hasil kajian BIG. Di hutan sebelah Desa kami, kemungkinan ada illegal logging," kata Eko.

BACA: Banjir Kalsel, KLHK: Hujan 2,08 Miliar Hanya Tertampung 23 Juta

ADAM PRIREZA | M. A MURTADHO | ANTARA

Berita terkait

Banjir Bandang dan Tanah Longsor di Kenya Menewaskan 181 Orang

1 jam lalu

Banjir Bandang dan Tanah Longsor di Kenya Menewaskan 181 Orang

Banjir bandang ini telah berdampak pada negara tetangga Kenya yakni Burundi dan Tanzania

Baca Selengkapnya

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

1 hari lalu

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Peringatan Waspada Banjir Jateng, 3 Sesar Aktif di Sekitar IKN, Redmi Pad SE

4 hari lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Peringatan Waspada Banjir Jateng, 3 Sesar Aktif di Sekitar IKN, Redmi Pad SE

Topik tentang BMKG mengimbau warga Jawa Tengah waspada potensi banjir dan tanah longsor menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Tanggapan Walhi Jatim Terhadap Banjir di Kota Surabaya Sepanjang 2024

5 hari lalu

Tanggapan Walhi Jatim Terhadap Banjir di Kota Surabaya Sepanjang 2024

Pada 2024, Kota Surabaya menjadi salah satu wilayah di Jawa Timur yang merasakan langsung dampak banjir. Walhi Jatim beri tanggapan.

Baca Selengkapnya

BMKG Imbau Masyarakat Jawa Tengah Waspadai Banjir Meski Jelang Kemarau

5 hari lalu

BMKG Imbau Masyarakat Jawa Tengah Waspadai Banjir Meski Jelang Kemarau

BMKG imbau masyarakat Jawa Tengah mewaspadai potensi banjir dan longsor. Jawa Tengah diperkirakan mulai masuk kemarau bulan April ini.

Baca Selengkapnya

Ratusan Rumah di Luwu Sulawesi Selatan Terendam Banjir setelah Hujan 10 Jam

6 hari lalu

Ratusan Rumah di Luwu Sulawesi Selatan Terendam Banjir setelah Hujan 10 Jam

Kendati mulai surut, BNPB mengantisipai banjir susulan.

Baca Selengkapnya

BNPB: Hujan Lebat 10 Jam, Lebih dari 100 Rumah Terendam Banjir di Kabupaten Luwu

6 hari lalu

BNPB: Hujan Lebat 10 Jam, Lebih dari 100 Rumah Terendam Banjir di Kabupaten Luwu

BNPB menyatakan, hujan lebat selama 10 jam menyebabkan banjir di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Baca Selengkapnya

Ketua DPRD DKI Singgung Pemprov dalam Atasi Masalah Jakarta: Program Kurang Maksimal akan Saya Coret

7 hari lalu

Ketua DPRD DKI Singgung Pemprov dalam Atasi Masalah Jakarta: Program Kurang Maksimal akan Saya Coret

DPRD DKI menyinggung program Pemprov DKI untuk mengatasi banjir dan kemacetan, salah satunya sumur resapan.

Baca Selengkapnya

BNPB: Banjir Tiga dari Lima Kecamatan di Musi Rawas Utara Surut

7 hari lalu

BNPB: Banjir Tiga dari Lima Kecamatan di Musi Rawas Utara Surut

Sebelumnya banjir merendam lima daerah di Kabupaten Musi Rawas Utara sejak 16 April lalu.

Baca Selengkapnya

Data Terbaru Banjir Musi Rawas: 51 Ribu Warga Terdampak dan 292 Hunian Rusak Berat

8 hari lalu

Data Terbaru Banjir Musi Rawas: 51 Ribu Warga Terdampak dan 292 Hunian Rusak Berat

Banjir di Musi Rawas Utara merusak hunian dan berbagai fasilitas di lima kecamatan. BNPB mendata ada 51 ribu warga lokal terdampak.

Baca Selengkapnya