Polemik Nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk, Ketua DPRD DKI Tagih Jalan Ali Sadikin

Rabu, 20 Oktober 2021 13:14 WIB

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. TEMPO/Yosep Arkian

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi angkat bicara soal polemik nama jalan di Menteng akan diganti menjadi nama tokoh sekuler Turki Mustafa Kemal Ataturk. Pras menyebut Pemprov DKI seharusnya dapat mengkaji terlebih dahulu sosok yang namanya layak untuk dijadikan nama jalan di Ibu Kota.

Prasetyo pun menyinggung usulan penggantian nama Jalan Kebon Sirih, Gambir, Jakarta Pusat, menjadi nama Gubernur DKI Ali Sadikin periode 1966-1977 yang belum juga ditindaklanjuti oleh Pemprov DKI.

"Ali Sadikin jelas-jelas sosok dan tokoh berjasa buat Jakarta. Usulan penamaan jalan Kebon Sirih menjadi Ali Sadikin pun merupakan keputusan dari rapat paripurna. Tapi mana, sampai sekarang belum juga ada keputusan untuk Peraturan Gubernur," kata Pras dalam keterangan tertulisnya pada Rabu, 10 Oktober 2021.

Usulan tersebut disampaikan oleh Prasetyo kepada Gubernur Anies Baswedan dalam rapat paripurna peringatan HUT DKI Jakarta ke-494 pada Juni lalu. Jalan Kebon Sirih yang diusulkan diganti namanya menjadi Jalan Ali Sadikin itu terbentang dari perempatan Jalan Abdul Muis hingga perempatan Jalan Menteng Raya, di seberang Tugu Tani, Jakarta Pusat.

Prasetyo Edi Marsudi juga mengusulkan agar nama Ali Sadikin diabadikan di gedung Blok G Balai Kota DKI Jakarta. Beberapa opsi nama yang ia sampaikan adalah Graha Ali Sadikin, Pendopo Ali Sadikin, atau Beranda Ali Sadikin. Tujuannya adalah untuk mengenang jasa sosok yang memimpin Jakarta tahun 1966 silam itu.

Selanjutnya rencana penamaan jalan di Menteng menuai kontroversi...

<!--more-->

Advertising
Advertising

Sebelumnya, rencana penamaan jalan di Menteng menjadi Mustafa Kemal Ataturk menuai kontroversi. Salah satunya datang dari Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas. Abbas menganggap Ataturk merupakan sosok yang mengacak-acak ajaran Islam.

Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal menjelaskan duduk perkara nama jalan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, akan diubah menjadi Mustafa Kemal Ataturk berawal dari keinginan pemerintah Indonesia agar nama jalan di depan KBRI Ankara, Turki, diganti menjadi Ahmed Soekarno. Pada saat ini, jalan di depan KBRI Ankara kini menggunakan nama Belanda, yakni Holanda Cadesi.

Pemerintah Turki kemudian merestui permintaan itu. Iqbal menyebut perubahan nama jalan Ahmet Sukarno di Turki itu harus diganti dengan pemberian nama jalan Bapak Bangsa Turki Mustafa Kemal Ataturk di Jakarta.
"Sebagai simbol kedekatan kedua Bangsa yang sudah dimulai sejak abad ke-15, Pemerintah Turki setuju memenuhi permintaan Indonesia," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Senin, 18 Oktober 2021.

Baca juga: Nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Jakarta, Ini Penjelasan Dubes RI untuk Turki

Berita terkait

Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

3 hari lalu

Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.

Baca Selengkapnya

Ketua DPRD DKI Jakarta Dorong Pembangunan Rusun Mix Use Development

8 hari lalu

Ketua DPRD DKI Jakarta Dorong Pembangunan Rusun Mix Use Development

Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi mengatakan pembangunan rumah susun dapat mengatasi daerah kumuh di Jakarta.

Baca Selengkapnya

54 Tahun Prananda Prabowo, Profil Putra Megawati dan Perannya di PDIP

9 hari lalu

54 Tahun Prananda Prabowo, Profil Putra Megawati dan Perannya di PDIP

Prananda Prabowo putra Megawati Soekarnoputri, organisatoris PDIP yang pernah dipuji Jokowi, genap berusia 54 tahun pada 23 April 2024.

Baca Selengkapnya

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

9 hari lalu

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.

Baca Selengkapnya

Gelar Salat Ied di Jalan, Warga Kebon Sirih Tuntut Masjid Al Hurriyah Kembali Dibangun oleh MNC Group

24 hari lalu

Gelar Salat Ied di Jalan, Warga Kebon Sirih Tuntut Masjid Al Hurriyah Kembali Dibangun oleh MNC Group

Pengurus RT dan RW bersama warga Kebon Sirih tetap menuntut MNC Group mengembalikan tanah wakaf itu dan membangun kembali Masjid Al Hurriyah

Baca Selengkapnya

Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

39 hari lalu

Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

Kudera merangkak disebut sebagai kudeta yang dilakukan Soeharto kepada Sukarno, apa itu?

Baca Selengkapnya

Ingat THR Harusnya Ingat Soekiman Wirjosandjojo, Penggagas Tunjangan Hari Raya Pertama

47 hari lalu

Ingat THR Harusnya Ingat Soekiman Wirjosandjojo, Penggagas Tunjangan Hari Raya Pertama

Pencetus THR adalah Soekiman Wirjosandjojo, Perdana Menteri Indonesia dari Partai Masyumi. Siapa dia? Bagaimana kiprahnya?

Baca Selengkapnya

58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

52 hari lalu

58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

Pada 12 Maret 1966, MPRS menunjuk Soeharto sebagai Pejabat Presiden pada 12 Maret 1967. Ini menandai berakhirnya kekuasaan Sukarno, berganti Orde Baru

Baca Selengkapnya

Siapa 3 Jenderal yang Bertemu Sukarno di Istana Bogor Menjelang Supersemar?

53 hari lalu

Siapa 3 Jenderal yang Bertemu Sukarno di Istana Bogor Menjelang Supersemar?

Kilas balik Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar, ada 3 jenderal yang bertemu Sukarno sebelumnya di Istana Bogor. Siapa mereka?

Baca Selengkapnya

Kelahiran Putri Sukarno-Ratna Sari Dewi Tepat Setahun Setelah Supersemar, Ini Profil Karina Kartika Soekarno

53 hari lalu

Kelahiran Putri Sukarno-Ratna Sari Dewi Tepat Setahun Setelah Supersemar, Ini Profil Karina Kartika Soekarno

Tepat setahun peristiwa Supersemar, anak Sukarno-Ratna Sari Dewi di Prancis. Ia diberi nama Karina Kartika Soekarno, ini profilnya.

Baca Selengkapnya