Sesaat kemudian, lelaki berusia 61 tahun itu menggerakan badan ke kiri dan kekanan. Wajahnya meringis. Dia berusaha manahan sakit yang merambat di sekujur tubuhnya. Sebuah selang menancap di lubang hidungnya. Selang itu tersambung dengan tabung oksigen ukuran 50 kilogram yang berdiri tegak di sisi ranjang lelaki itu.
Nama lelaki tadi Fatulloh. Dia adalah satu dari sekian orang yang selamat dari bencana jebolnya tanggul Situ Gintung , Jumat dinihari lalu. Fatulloh terpaksa mendapat perawatan intensif karena terserang aspirasi pneumoni setelah paru-parunya penuh dengan cairan air bercampur lumpur.
Fatulloh berhasil menyelamatkan diri setelah naik ke atap sebuah toko bahan bangunan. Namun tak urung, lelaki gaek itu sempat terseret arus. Tubuhnya berkali-kali membentur matrial yang juga hanyut terbawa air.
Hasyim, 24 tahun, anak Fatulloh, sebelum bencana itu datang, ayahnya hendak mengambil air wudhu untuk sholat subuh di rumah mereka, Kampung Gintung RT 004/08 Cirendeu, Ciputat. "Bapak mendengar gemuruh air,” kata Hasyim.
Fatulloh langsung curiga suara itu datang dari Situ Gintung. Sebab beberapa hari sebelumnya banyak tetangga yang bercerita tetang kondisi tanggul yang sudah menghawatirkan. Dia pun membangunkan delapan anggota keluarganya untuk mengungsi ke lantai dua.
Di luar dugaan, air bah ternyata mencapai lantai dua yang tingginya lebih dari dua meter itu. Fatulloh terseret arus. Begitu juga dengan Jamaluddin dan Narlanbok, sang anak menantu. Keduanya selamat karena warga berhasil menarik mereka di di Jembatan Pratama Hills yang jaraknya ratusan meter dari rumah mereka.
Sementara Nur Aini, anak Fatulloh, terseret hingga sungai Pesanggrahan. Dia juga berhasil diselamatkan. Mereka semua menjalani perawatan di RS Fatmawati. “Semua sudah pulang, tinggal bapak saja yang masih harus dirawat,” kata Hasyim.
Menurut Direktur Medik dan Keperawatan RS Fatmawati Tini Sekarwati, korban tragedi Situ Gintung yang selamat dan dilarikan ke RS Fatmawati berjumlah 12 orang. Sebanyak sembilan orang telah diperbolehkan pulang dan tiga orang mesti menjalani perawatan. Selain Fatulloh, yang dirawat adalah Kamisah, 57 tahun yang terkena serangan jantung saat kejadian; dan Ferry, 13 tahun. Namun, Ferry telah diperbolehkan pulang pada Sabtu siang. Ketiga orang ini bertetangga dengan posisi rumah saling berjajar.
Di antara ketiganya, kondisi lebih mengenaskan terjadi pada Ferry. Bocah yang masih duduk di bangku kelas VII SMP ini harus kehilangan seluruh anggota keluarganya: sang bapak Burhanuddin (40), si ibu Roni (38), dan kakak beserta adik Riki (17) dan Indah (10). Ferry selamat dengan kondisi trauma tumpul toraks akibat hantaman benda keras pada dadanya. "Sekarang dia dirawat neneknya," kata Hasyim yang beberapa jam sebelumnya menjenguk Ferry.
Selain merawat korban yang selamat, terdapat juga korban meninggal yang di bawa ke RS Fatmawati. Hingga Sabtu malam, menurut Tini, korban meninggal yang dibawa ke RS Fatmawati berjumlah 30 orang. "Sebanyak 27 orang telah dibawa pulang keluarga dan tiga sisanya masih berada di kamar jenazah," kata Tini dalam rilisnya yang diterima Tempo. Ketiga jenazah tersebut terdiri dari Mr X (40) dan Mrs Y (21), dan seorang bayi perempuan berusia 2 bulan. "Ketiga-tiganya belum bisa diidentifikasi," kata Tini.
Menyadari banyaknya korban jiwa dalam tragedi Situ Gintung, Hasyim mengaku beruntung seluruh anggota keluarga Fatulloh selamat. Meski demikian, Hasyim tidak dapat menyembunyikan rasa sedihnya ketika mengetahui banyak tetangganya yang ikut jadi korban. Rasa duka keluarganya menjadi bertambah saat melihat kenyataan bahwa kini rumahnya hancur rata dengan tanah. "Tak ada barang yang tersisa. Semua terbawa arus," kata Hasyim sambil memandangi bapaknya yang mulai terpejam. Kini keluarganya yang selamat untuk sementara ditampung sanak keluarga yang berada di daerah Poncol, Ciputat.
AMIRULLAH