Pekerja Sosial Sebut Peran Domestik Perempuan Jangan Dikecilkan

Kamis, 18 Mei 2023 08:25 WIB

Aaktivis perempuan membawa poster saat peringatan Hari Pekerja Rumah Tangga Nasional di depan DPRD Provinsi Jawa Barat di Bandung, 15 Februari 2023. Aksi ini serentak digelar di 7 kota. Mereka menyerukan pemerintah untuk segera mengesahkan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga yang masih tertunda. TEMPO/Prima mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Ukke R. Kosasih, pekerja sosial dan pendiri Kabin Kebun, mengatakan bahwa aktivisme yang dilakukan perempuan tak dapat dilepaskan dari kegiatan sehari-hari. Ia mengatakan hal ini setelah merefleksikan apa yang ia lakukan.

Sebelumnya, Tarlen Handayani, peneliti sosial serta ‘bookbinder’ dan Manajer Program Ruang Arsip dan Sejarah Perempuan (RUAS) Indonesia, meminta pendapat mengenai gerakan perempuan berdasarkan pengalaman para pembicara.

Ukke yang berpindah ke desa bersama keluarga untuk memutuskan melakukan slow living atau hidup melamban dan fokus pada pekerjaan domestik. Ukke melihat apa yang dilakukan hampir mirip dengan apa yang terjadi pada 1923.

Pada saat itu, pemerintah kolonial membuat sekolah pekerjaan domestik. Pemerintah kolonial membuat sekolah pekerjaan domestik dengan standar kolonial untuk melakukan pekerjaan eksploitatif. Padahal, masyarakat bumiputera pada saat itu telah memiliki standar mereka sendiri.

Namun, meski mirip dengan apa yang dilakukan pemerintah kolonial, Ukke tidak terjebak dalam dalam hal itu. “Kami, saya dan keluarga, mengartikannya lain sama sekali, itu adalah kemerdekaan, karena kami tahu persis kenapa kami memilih barang ini. Kami bilang bahwa, ‘Enough, saya tidak butuh lagi iming-iming, keinginan-keinginan yang dibungkus menjadi kebutuhan baru’,” ucap Ukke dalam diskusi bertajuk Perempuan dan Kerja Domestik pada Selasa, 16 Mei 2023.

Advertising
Advertising

Ukke juga melihat bahwa perjuangan atau aktivisme sebenarnya tak bisa lepas dengan kehidupan keseharian.

Activism itu bukan pekerjaan, bukan kemudian kita keluar dari rumah dan kemudian kita bicara ‘hei perempuan, mari kita berjuang’, sementara kita di rumah masih dalam sebuah kerangka yang sama sebetulnya dari tahun 1923 itu,” kata Ukke.

Astrid Reza, sejarawan dan periset RUAS Indonesia, pun satu suara dengan Ukke. Menurutnya, dengan mengklaim ruang domestik, perempuan telah melakukan satu aksi politik. Apalagi ketika masa Orde Baru, peran domestik perempuan dikecilkan.

“Kita sebenarnya tidak memisahkan wilayah aktivisme, baik di ruang domestik ataupun publik gitu. Itu jadi satu,” kata Astrid dalam acara yang sama.

Pilihan Editor: Peneliti Sosial: Jangan Abaikan Perempuan dalam Pekerjaan Domestik

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

1 hari lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

1 hari lalu

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

Masyarakat perlu mendukung perempuan dalam mengejar kesempatan dan kesuksesan di berbagai bidang, termasuk di menjadi pemandu wisata perempuan.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

2 hari lalu

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, bekerjasama dengan Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) untuk meningkatkan edukasi politik bagi perempuan.

Baca Selengkapnya

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

8 hari lalu

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

Mahkamah Agung Indonesia saat ini memiliki representasi perempuan tertinggi di antara lembaga penegak hukum di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ketahui Asal-Asul 1 Mei Diperingati sebagai Hari Buruh Internasional

8 hari lalu

Ketahui Asal-Asul 1 Mei Diperingati sebagai Hari Buruh Internasional

Asal-usul Hari Buruh bermula dari tragedi Haymarket yang terjadi di Chicago, Amerika Serikat, pada 1 Mei 1886.

Baca Selengkapnya

Kalimat yang Pantang Diucapkan pada Bos meski Berteman

9 hari lalu

Kalimat yang Pantang Diucapkan pada Bos meski Berteman

Agar tak ada masalah dalam pekerjaan, cobalah hindari mengucapkan kalimat-kalimat berikut meski bos adalah teman sendiri.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

10 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

11 hari lalu

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

Seorang pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak mati seorang influencer media sosial perempuan terkenal Irak

Baca Selengkapnya

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

12 hari lalu

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

Keahlian perempuan memberikan keuntungan sendiri khususnya di unit bisnis garmen J99 Corp.

Baca Selengkapnya

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

13 hari lalu

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.

Baca Selengkapnya