Rekam Jejak Kombes Muhammad Tedjo, Kasatgaswil Jateng Densus 88 Atasan Bripda Iqbal yang Kuntit Jampidsus
Reporter
Andika Dwi
Editor
Linda novi trianita
Rabu, 5 Juni 2024 21:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri Inspektur Jenderal Sandi Nugroho membenarkan bahwa ada anggota Densus 88 yang ditangkap Polisi Militer usai membututi Jampidsus, Febrie Adriansyah. Diketahui, personel itu adalah Brigadir Polisi Dua (Bripda) Iqbal Mustofa.
Dia bertugas di Satuan Wilayah (Kasatgaswil) Jawa Tengah Densus 88 AT. Tim itu dipimpin oleh Komisaris Besar (Kombes) Muhammad Tedjo Kusumo. “Memang benar ada anggota yang diamankan ke sana (Kejagung) dan identitasnya benar,” kata Sandi saat konferensi pers di Markas Besar (Mabes) Polri, Jakarta, Kamis, 30 Mei 2024. Lantas, seperti apa jejak karier Muhammad Tedjo Kusumo?
Profil Kombes Muhammad Tedjo Kusumo
Muhammad Tedjo Kusumo dikukuhkan sebagai Kepala Satuan Tugas Wilayah (Kasatgaswil) Jawa Tengah Densus 88 AT berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor ST/2585/XII/KEP.2021 tentang Pengukuhan, Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan Polri yang ditandatangani oleh Asisten Sumber Daya Manusia (SDM) Kapolri Irjen Wahyu Widada pada 21 Desember 2021.
Sebelum menjadi Kasatgaswil Jawa Tengah Densus 88 AT, Tedjo pernah menjabat sebagai Kepala Tim Penyelidikan III Sub-Satuan Tugas Penyelidikan (Kasubsatgas Lidik III) Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Merah Putih sebagaimana tertuang dalam Surat Perintah Kapolri Nomor: Sprin/246/V/HUK.6.6./2020.
Nama Tedjo juga tercantum dalam struktur Satgassus Merah Putri pada 2019 ketika masih berpangkat ajun komisaris besar polisi (AKBP). Tugas itu sesuai dalam Surat Perintah Kapolri Nomor: Sprin/681/III/HUK.6.6./2019.
Kepada Majalah Tempo, seorang teman satu angkatan Tedjo di Akademi Kepolisian (Akpol) 1999 mengatakan Kombes Tedjo gemar membawa senjata api. Karakter Tedjo dikenal keras dan berangasan. Sebelum menjadi personel antiteror pada 2011, Tedjo ditempatkan di Korps Brigade Mobile (Brimob).
Dapat Sanksi dari Mabes Polri
Pada 2016, Tedjo pernah dilaporkan oleh keluarga terduga teroris, Siyono, di Polres Klaten. Dalam laporannya, keluarga menemukan dugaan tindak pidana pembunuhan atau tindak pidana penganiayaan yang menyebabkan kematian yang diduga dilakukan oleh Anggota Densus 88.
Atas kejadian itu, Mabes Polri menjatuhkan sansksi kepada Tedjo berupa demosi tidak percaya dalam putusan sidang kode etik profesi secara tertutup mengenai kasus kematian terduga teroris Siyono. Selain Tedjo, Inspektur Polisi Dua (Ipda) Handres Hariyo Pambudi wajib menyampaikan permohonan maaf kepada institusi Polri.
“Jadi sudah dilangsungkan putusan terhadap dua terduga pelanggar, yaitu AKBP T dan Ipda H,” ujar Kadiv Humas Polri kala itu, Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Jakarta, Rabu, 11 Mei 2016, seperti dikutip dari Antara.
Selanjutnya, Tedjo dan Handres didemosi tidak percaya, artinya tidak direkomendasikan untuk melanjutkan tugas di Densus 88 AT Polri dan akan dipindahkan ke satuan kerja (satker) lain. “Dipindahkan ke satuan kerja lain dalam waktu paling singkat empat tahun,” ujar Boy.
MELYNDA DWI PUSPITA
Pilihan Editor: Saksi Ungkap SYL Belum Bayar Tagihan Perjalanan Dinas ke Spanyol Rp 1 Miliar