TEMPO Interaktif, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengingatkan pentingnya peranan juru pemantau jentik (jumantik) untuk menekan angka penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jakarta. "Jika di setiap RW mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik, saya yakin DBD bisa dicegah," katanya saat ditemui di sela-sela acara kunjungan kerja ke Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (5/2).
Fauzi menilai bahwa peran aktif para petugas jumantik, yang biasanya juga merupakan warga RW, justru dapat membantu menjaga daerah menjadi bebas DBD. Apalagi, kata dia, saat ini nyamuk DBD tidak lagi hanya dapat berkembang biak di air bersih. "Nyamuk DBD sekarang ini sudah bisa berkembang biak di banyak tempat, gennya mengalami mutasi. Oleh karena itu, kita juga harus semakin mewaspadai hal ini," katanya.
Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) memang mulai menjadi perhatian masyarakat luas. Salah satu yang dapat dijadikan contoh adalah warga RW 09, Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur membuktikan bahwa mereka mampu tidak memberikan ruang bagi perkembangan DBD di daerah mereka sepanjang bulan Januari 2010 ini. "Saya memberikan penghargaan kepada warga RW 09 karena sudah bisa membuat angka nol untuk penderita DBD," kata Fauzi.
Secara umum, angka penderita DBD di wilayah Jakarta, terutama Jakarta Timur memang mengalami penurunan di tahun 2009. Sejak Januari hingga Desember 2009 tercatat kasus DBD sebagai 8.603 kasus, dengan korban meninggal dunia 9 orang. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka tersebut memang mengalami penurunan. Pada tahun 2008 tercatat ada 9.011 kasus dengan korban meninggal dunia 5 orang.
Adapun, berdasarkan data yang dipublikasikan oleh situs Pemerintah Kota Jakarta Timur, jumlah penderita penyakit DBD di bulan Januari 2010 mencapai 407 orang. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan angka jumlah penderita DBD di bulan yang sama pada tahun 2009 lalu yang mencapai angka 800-an kasus.