TEMPO Interaktif, Tangerang: Pengelolaan sampah di Tangerang Selatan masih amburadul. Bahkan belakangan ini terkesan tak terkendali. Tumpukan sampah terlihat di sejumlah titik. Misalnya saja di pasar Serpong, Ciputat, Cimanggis, dan Jombang.
Berdasarkan pengamatan Tempo di pasar Serpong, sampah berserakan di sana-sini. Gunungan sampah terlihat di tempat penampungan sementara yang berada di Jalan Raya Serpong, sekitar 500 meter dari pasar. Bahkan sampah sudah masuk ke badan jalan.
Di jalan depan pasar lebih parah lagi. Sampah menghampar di sepanjang badan jalan karena tergilas dan terbawa roda kendaraan yang melintas di sana.
Kondisi itu tentu ironis dengan pernyataan pemerintah Tangerang Selatan yang sebelumnya masalah sampah sudah tertangani. Pemerintah sudah memiliki solusi dengan membawa sampah ke Tempat Pembuangan Akhir di Cipeucang, Serpong.
Mumung, 35 tahun, sopir truk pengangkut sampah, mengatakan dirinya sudah kewalahan mengangkut sampah. "Pokoknya dibuang dimana saja yang bisa,” katanya. “Saya sudah capek dikejar-kejar Tramtib wilayah orang."
Menurut Mumung, ia pernah membuang sampah secara diam-diam di TPA Jatiwaringin milik Kabupaten Tangerang atau Rawakucing milik kota Tangerang. Bahkan dia juga pernah diam-diam membuang di disawangan Depok dan Bogor. "Itu belum termasuk TPA liar," katanya.
Bagi Mumung sampah di wilayah Serpong seolah tidak pernah habis. Bahkan terus menumpuk. Padahal dia sudah bolak-balik mengangkut sampah dari sana. “Di Pasar Serpong, diangkut pagi, siang udah nambah lagi. Siang diangkut, sore sudah menumpuk,” katanya.
Untuk wilayah Serpong ada dua truk pengangkut yang disiapkan. Sejak dua hari terakhir, sampah dibuang di lahan 500 hektar didekat TPA Rawa Kuncing, yang telah disewa oleh Tangerang Selatan sebesar Rp 1 juta perbulan. "Itu sangat tidak mencukupi karena lahannya sangat terbatas,” katanya.
Kondisi lebih para lagi disekitar pasar Ciputat. Tumpukan sampah yang basah dan bau telah menggenangi jalan Aria Putra. Satu lajur jalan telah penuh oleh sampah setinggi empat meteran. Praktis lajur utama dari Serpong menuju pasar Ciputat itu tidak bisa dipakai, sehingga pengendara banyak yang melawan arah menggunakan lajur satunya. Sampah juga berserakan dan menumpuk disudut jalan, dibawah jembatan, di jembatan layang hingga median jalan.
Kepala Pasar Ciputat, Odih Supriatna mengatakan sampah yang menumpuk dan memenuhi jalan tersebut sudah empat hari tidak diangkut." Jadi menumpuk seperti itu,"katanya saat dihubungi sore ini. Odih mengatakan, sebenarnya kapasitas tempat pembuangan sampah sementara Pasar Ciputat hanya empat truk. Sedangkan sejak, awal Januari lalu, sampah yang diangkut setiap harinya hanya dua truk sehingga terjadi tumpukan sampah yang menggunung." Kadang tidak diangkat sama sekali,"ujarnya.
Pengurus Pasar Ciputat, kata dia, sudah kewalahan menerima komplain warga dan pedagang. " Mereka sudah tidak respon lagi dengan kami,"kata Odih. Menurut Odih, hal ini juga berdampak pada pendapatan pengelola Pasar Ciputat, sebab sejak masalah sampah itu, para pedagang menolak ditarik iuran wajib perbulan." Mereka tidak mau bayar, sebelum sampah tertangani,"kata Odih.
Padahal, Odih meneruskan, mereka selalu rutin menyetor uang operasional yang diminta tiap bulannya oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Tangerang Selatan sebesar Rp 3 juta perbulan.
JONIANSYAH