TEMPO Interaktif, Tangerang - Sebanyak 11 ribu dari 2,7 juta jiwa warga Kabupaten Tangerang belum melek baca dan menulis alias buta aksara. Target pemerintah daerah untuk mengentaskan masalah buta aksara sejak 2008 lalu meleset. ”Banyak faktor yang membuat masih tingginya buta aksara di Kabupaten Tangerang,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Bambang Mardi, hari ini.
Meskipun tiap tahunnya angka buta aksara terus menurun, progresnya belum begitu signifikan. Tahun 2008, jumlah buta aksara mencapai 180 ribu, tahun 2010 turun hingga 20 ribu. ”Sayangnya, tahun 2011 ini tidak ada anggaran untuk pengentasan buta aksara,” kata dia tanpa merinci alasan mengapa tahun ini program itu ditiadakan.
Bambang mengakui jika target pemerintah mengentaskan buta aksara di Kabupaten Tangerang tidak tercapai hingga 2010. ”Selain karena pendanaan, faktor kelemahan yang paling mendasar adalah tidak adanya kemauan masyarakat untuk bisa melek aksara,” ujarnya.
Ia mengakui dari 11 ribu warga yang buta aksara sebagian besar sudah berusia lanjut, sekitar 40 tahun ke atas. Faktor kemiskinan semakin memperparah keadaan. Warga lebih memilih mencari nafkah ketimbang harus belajar lagi.
Mendatang, pemerintah akan membuat program pendamping untuk pengentasan buta aksara. Program pendamping itu adalah pemberdayaan ekonomi, kesehatan, dan ketenagakerjaan yang dilakukan oleh dinas terkait. ”Sebisa mungkin, setelah mereka lulus pendidikan keaksaraan, bisa bekerja, paham akan kesehatan, dan memiliki keterampilan sehingga bisa memperbaiki ekonomi keluarganya,” kata Bambang.
JONIANSYAH