TEMPO Interaktif, Jakarta:Sekitar 300 orang mahasiswa berkumpul di depan kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) Salemba melakukan aksi menolak calon presiden dan calon wakil presiden eksmiliter. "Bagi kami, militer tidak mengenal demokrasi, karena itu kita harus menolak capres dan cawapres dari militer karena sangat membahayakan proses demokratisasi bangsa," kata Rendra, juru bicara aksi dari FAM Jayabaya, Senin (21/6). Menurutnya, Wiranto, SBY, dan Agum Gumelar sebagai capres/cawapres dari militer sangat berbahaya bagi proses demokratisasi. Hal ini terlihat selama 32 tahun rezim militer dan orde baru menggunakan cara-cara militerisme untuk menyelesaikan segala persoalan. Pembunuhan, penculikan, penggunaan kekerasan adalah cara-cara militer untuk menghabisi lawan politiknya dan sangat bertentangan dengan demokratisasi.Sejarah militer adalah sejarah yang berlumuran darah, militer menjadi beking kekuasaan yang selalu merampas tanah rakyat. Sejarah militer juga adalah sejarah penculikan terhadap orang-orang yang kritis terhadap keadaan bangsa seperti aktivis, mahasiswa, buruh, dan petani. Sejarah militer, menurut Rendra, adalah pembungkaman terhadap kebebasan menyampaikan pendapat, seperti pers dibungkam, juga aksi-aksi mahasiswa dibubarkan. "Karena itu kemarin 12 sampai 14 Juni dalam acara rembuk rakyat konsolidasi sipil di Bandung, kami memutuskan tanggal 21 Juni melakukan aksi bersama di 26 kota menolak capres dari eksmiliter," kata Rendra. Muhamad Fasabeni Tempo News Room