TEMPO Interaktif, Jakarta: Puluhan tokoh lintas generasi menghadiri acara pencanangan Kebangkitan Indonesia Raya di Tugu Proklamasi, Menteng Jakarta Pusat, Rabu(18/8). Calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hadir dalam acara tersebut. Dengan mengenakan setelan batik, SBY mendapatkan beberapa buku yang ditulis oleh anggota Forum Kebangkitan Indonesia Raya. Tri Sutrisno, mantan wakil presiden era Soeharto juga memberikan orasi. ?Pencanangan Kebangkitan Indonesia Raya, merupakan usaha untuk memadukan langkah untuk mencari solusi menyelesaikan masalah dan meluruskan jalannya reformasi bangsa Indonesia,?k ata Sulastomo, Perwakilan dari Forum Kebangkitan Indoensia Raya, Rabu (18/8).Acara juga diisi orasi perjuangan dari tokoh perjuangan Indonesia, Roeslan Abdulgani. Lebih dari 30 menit, Reoslan menceritakan bagaimana proses Proklamasi pada peserta. Diusianya yang telah mencapai 90 tahun, semangat patriotisme masih tampak melekat dalam diri Roeslan. Hal ini tercermin dari semangatnya untuk menceritakan bagaimana bangsa Indonesia terbentuk.Dalam sambutan singkatnya, Susilo Bambang Yudhoyono, mengingatkan bahwa cita-cita kemerdekan dan tujuan nasional adalah hak rakyat. ?Rakyat lah yang memegang kedaulatan,?ujarnya. Cita-cita nasional yang belum tercapai menurut SBY, tidak boleh lantas menyalahkan pemimpin yang terdahulu.?Dengan kelebihan dan kekurangan, pemimpin terdahulu telah berusaha keras untuk mewujudkan tujuan nasional,? ujarnya.Perwujudan cita-cita nasional menurut SBY, kerangka nasional harus terus dikembangkan.?Kita tidak boleh meninggalkan konsensus dasar, nilai dan jati diri bangsa,?kata Dia. Selain itu, untuk mewujudkan cita-cita nasional, harus melakukan pembangunan yang terus menerus.Apalagi Indoneisa baru saja mengalami krisis yang hebat, lanjut SBY.Tokoh nasional yang menjadi prakarsa antara lain, K.H. Ali Yafie, mantan Gubernur DKI Jakarta Surjadi Soedirja, Mubyarto dan tokoh nasional lainnya. Sedangkan lembaga yang ikut memprakarsai Forum Kebangkitan Indonesia Raya adalah, Universitas Gajah Mada, Forum Rektor Indonesia, Persatuan Wartawan Indoensia, dan delapan lembaga yang memiliki jaringan nasional yang luas di Indonesia.Selain diisi orasi dari Roeslan Abdulgani dan Tri Sutrisno. Orasi juga dibawakan oleh beberapa tokoh nasional. Sofyan Efendi, Rektor Universitas GajaH Mada mengatakan mengendurnya nasionalisme dalam kebijakan ekonomi telah mengakibatkan ekonomi nasional rentan terhadap penjajahan baru dari negara lain.Sutarto - Tempo News Room