TEMPO.CO, Jakarta -Mengenakan baju khas betawi berwarna hitam Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menaiki tumpeng raksasa setinggi 4,68 meter. Tumpeng yang dibuat dari bambu ini dihiasi sayur seperti kacang panjang, cabai, dan tomat.
Di pucuk tumpeng buatan yang diangkat oleh 40 personil Brimob ini ada tumpeng mini asli. "Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo melakukan proses potong tumpeng," kata pembawa acara puncak perayaan Hari Ulang Tahun Jakarta ke 486 yang digelar di depan Balai Kota Jakarta.
Acara puncak yang juga dihadiri oleh perwakilan negara tetangga ini disaksikan oleh ratusan orang yang berkerumun di sekitar pagar besi. Tumpeng tersebut diarak dengan iringan 86 orang yang sebagian membawa obor. Lainnya, para wanita yang mengenakan baju adat tiap provinsi di Indonesia.
Arus lalu lintas di sepanjang Jalan Merdeka Selatan memang sudah ditutup sejak pukul 17.00 WIB sore. Warga yang akan menyaksikan proses potong tumpeng ini banyak memarkir kendaraan di sekitar Stasiun Gambir.
Saat Jokowi, sapaan akrab mantan Wali Kota Solo ini, memanjat tumpeng, dia menyempatkan menyapa warga dari atas. Dua potong tumpeng telah di tangan, irisan spesial ini akan diberikan kepada tamu istimewa.
"Potongan tumpeng ini akan diberikan kepada dua tokoh yang telah berjasa membangun Jakarta," ujar pembawa acara. "Mereka adalah Mantan Gubernur DKI Jakarta Heng Ngantunk yang diwakili istri dan Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Edi Nala Praya."
Jokowi, turun dari puncak tumpeng menggunakan tangga yang memang didesain khusus untuk naik. Ditemani Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, dia menyerahkan potongan tumpeng tersebut.
Tak hanya tumpeng raksasa ini yang diincar warga, Jokowi menyediakan 486 tumpeng mini. Tumpeng-tumpeng kecil ini langsung dibagikan kepada warga yang sudah berkerumun sejak sore oleh Satuan Perangkat Kerja Daerah.
"Lauknya biasa sih tapi seru bisa makan bareng-bareng," kata Ningrum, warga Palmerah, Jakarta Selatan, di lokasi. Tempo pun turut serta bersama warga ikut santap bareng ini. Memang lauknya terbilang ala kadarnya, abon dan kering tempe dengan irisan telur, juga sedikit sambel goreng kentang.
Satu tumpeng mini disantap sekitar 20 orang. Satu sama lain tidak saling kenal, namun nuansa sangat guyub. "Sini gabung masih banyak ini nasinya," kata salah seorang warga menawari pengunjung lainnya.
Mereka bergerombol di tengah jalan, ada yang dipinggir. Keluarga yang membawa anaknya pun terlihat senang. "Setiap tahun gini seru juga," kata Yanto, warga Lebak Bulus ini. Biar berdesak-deskan dia berseloroh, "yang penting ramai."
SYAILENDRA
Topik Terhangat
HUT Jakarta | Ribut Kabut Asap | Koalisi dan PKS | Demo BBM
Berita Terpopuler
Keributan Warnai Antrean di SPBU Sentul
BBM Naik, Empat Titik Rawan Dipantau
Antri Panjang, SPBU Depok Batasi Isi Rp 100 Ribu