TEMPO Interaktif, Jakarta:Setelah Menteri Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar, berkomentar soal Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bojong mesti dihentikan, Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso mulai 'melunak'. Ia meminta kepada pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bojong Bogor, Jawa Barat membicarakannya bersama dan berusaha untuk mencari solusi permasalahan. "Saya itu kepinginnya duduk dengan mereka. Apa sih keberatannya mereka?" kata Sutiyoso di Balai Kota, Jumat (3/12). Sebelumnya Sutiyoso 'ngotot' akan mengoperasikan TPST Bojong tanpa kompromi. Bahkan saat masyarakat protes dan puncaknya terjadi perusakan, pembicaraan dengan masyarakat setempat belum tuntas. Mau tak mau saat ini, TPST Bojong menghentikan sementara pengoperasiannya."Yang memang harus dihentikan sementara. Mau beroperasi bagaimana. Wong dirusak begitu," ujar Sutiyoso. Menurutnya, untuk memperbaiki TPST Bojong, pihaknya memerlukan waktu kurang lebih 1-2 bulan. "Sambil memperbaiki, maksud saya mari kita ciptakan situasi yang kondusif,"katanya. Sutiyoso kembali mempertanyakan mengenai keberatan masyarakat yang menyatakan bahwa dengan pengoperasian TPST Bojong akan merusak lingkungan. "Mereka ngerti darimana kalau itu merusak lingkungan. Tahu itukan kalau sudah dibuktikan,"kata Sutiyoso. Sutiyoso juga menyatakan akan bersedia menghentikan pengoperasian TPST Bojong, jika pada saat pengoperasian nanti para pakar menyatakan bahwa pengoperasian itu menimbulkan pencemaran atau perusakan lingkungan. Menteri Lingkungan Hidup, Rahmat Witoelar memerintah untuk menghentikan pengoperasian TPST Bojong. Karena sempat menimbulkan kerusuhan pada beberapa waktu yang lalu. Menurut Rahmat, dalam kasus TPST Bojong juga perlu diperhatikan mengenai analisis mengenai dampak sosial (andas). Dampak sosial, bukan hanya pada masyarakat yang daerahnya ditempati sampah, berdasarkan pengalaman jalan yang dilewati truk sampah, menyebarkan bau tak enak. Coba jika jalan selepas pintu tol sekitar Cibubur menuju Cileungsi bau menyengat sepanjang jalan mulai terjadi sejak pagi hari. Jadi, dampak itu harus sudah diduga sebelumnya, bukan dicoba dulu baru dihentikan. Buat rakyat kok coba-coba. Suryani Ika Sari