Korban Bom Merasa Didikriminasikan

Reporter

Editor

Senin, 6 Desember 2004 23:19 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Korban peledakan bom di Jakarta merasakan adanya perlakuan diskriminasi dari lingkungan berkaitan dengan keadaan yang menimpa dirinya. Setidaknya hal tersebut dapat dilihat dari pengakuan dua korban peledakan bom di Jakarta pada jumpa pers bertajuk "Dukungan Psikologis Bagi Korban Bom" di hotel Ambhara (6/12). "Saya menjadi sulit mencari kerja karena cacat pada mata saya," ujar Iwan Setiawan, 28 tahun, salah satu korban bom Kuningan. Cacat pada mata kanan disebabkan masuknya lempengan besi panas yang terlempar pada saat ledakan terjadi. Akibatnya, bapak dua orang anak yang usianya di bawah lima tahun ini harus memakai biji mata palsu. Pada saat kejadian, sebenarnya ia tengah menunggu keputusan akhir penempatan dirinya di salah satu bank swasta di Indonesia. Di samping itu, dirinya juga akan berangkat untuk mengikuti wawancara kerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta sembari mengantar istrinya periksa kandungan yang sudah berumur 8 bulan 1 minggu. "Tapi begitu tahu kondisi saya, mereka semuanya mundur dengan alasan yang tidak jelas," ujarnya lagi. Akibatnya, Iwan masih menganggur sampai saat ini. Ia mengaku terus terang sangat kecewa dan kesal terhadap perlakuan ini. "Perusahaan tidak memberi kesempatan lebih dulu, langsung seperti memvonis". Menurutnya, peledakan bom dan perlakuan tidak menyenangkan ini memberi efek negatif pada dirinya. "Saya menjadi mudah marah, kesal dengan keadaan saya sendiri," kata Iwan. Ia merasa akibat keadaan dirinya, membuat ia tidak mampu menopang keluarga. Sementara ini kebutuhan ekonomi keluarga dipenuhi istrinya yang bekerja di salah satu travel agent. Perlakuan diskriminatif juga pernah dialami Vivi Nirmala Sari, 34 tahun, salah satu korban JW Marriot. Perlakuan tidak mengenakkan ini dialaminya saat masih menjadi pegawai di salah satu bank asing di Jakarta. Menurut pengakuannya, perusahaan tempatnya bekerja dulu pernah menekannya untuk tidak menceritakan peristiwa yang dialaminya. "Alasannya, perusahaan takut namanya tersangkut" ujarnya yang mengalami kelainan fungsi kaki akibat peristiwa peledakan itu. Sampai sekarang, menurut pengakuannya, ia tidak dapat jongkok akibat gangguan tersebut. Perlakuan semacam ini, menurutnya, memberi dampak psikologis buruk pada dirinya. "Saya sempat menjadi ketakutan dan minder," ujarnya lagi yang kini menjadi Public Relation Forum 58, sebuah kelompok yang mengumpulkan para korban JW Marriot. Bahkan, menurutnya pula, ia menjadi mudah menaruh curiga terhadap orang-orang di sekitarnya. "Akibatnya saya sempat menutup diri pada semua orang yang datang," ujarnya. Menurut keterangannya pula, saat ini ia telah bekerja di salah satu bank swasta di wilayah Buncit, Jakarta Selatan. Rinaldi Dorasman-Tempo

Berita terkait

19 Tahun Bom Marriot, Moeldoko: Semua Agama Tolak Terorisme

6 Agustus 2022

19 Tahun Bom Marriot, Moeldoko: Semua Agama Tolak Terorisme

5 Agustus 2003 aksi terorisme terjadi di hotel JW Marriott Jakarta

Baca Selengkapnya

Setelah 18 Tahun, Ini Sebab Amerika Baru Tetapkan Hambali Tersangka Bom Bali

22 Januari 2021

Setelah 18 Tahun, Ini Sebab Amerika Baru Tetapkan Hambali Tersangka Bom Bali

Kurang lebih 18 tahun setelah Bom Bali, Kejaksaan Militer Amerika akhirnya menetapkan Hambali sebagai tersangka. Ada kisah panjang di baliknya

Baca Selengkapnya

Kejaksaan Amerika Tetapkan Hambali Sebagai Tersangka Bom Bali

22 Januari 2021

Kejaksaan Amerika Tetapkan Hambali Sebagai Tersangka Bom Bali

Delapan belas tahun setelah peristwa Bom Bali, Kejaksaan Militer Amerika menetapkan Hambali sebagai tersangka Bom Bali dan Bom Hotel Marriot

Baca Selengkapnya

TNI AU Selidiki Ledakan TNT Usai Latihan Paskhas di Rokan Hulu

20 Juli 2017

TNI AU Selidiki Ledakan TNT Usai Latihan Paskhas di Rokan Hulu

Kepala Dispen TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Jemi Trisonjaya menyebut pihaknya segera menyelidiki ledakan di Rokan Hulu yang diduga dari amunisi.

Baca Selengkapnya

Ancam Bom ke Gedung DAAI TV di Medan, Pria Ini Ditangkap

5 Januari 2017

Ancam Bom ke Gedung DAAI TV di Medan, Pria Ini Ditangkap

"Dia menuliskan, 'I Love ISIS. Kami telah beri kejutan di 5 titik di gedung DAAI TV.'"

Baca Selengkapnya

Penjara Tak Membuatnya Jera

22 November 2016

Penjara Tak Membuatnya Jera

Bom gereja meledak lagi. Kali ini sasarannya adalah Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur. Pelakunya, Juhanda, mantan narapidana teroris bom buku 2011. Sebagai bangsa, kita telah "terperosok pada lubang yang sama".

Baca Selengkapnya

Bom di Samarinda, GMKI Minta Masyarakat Tidak Terprovokasi  

14 November 2016

Bom di Samarinda, GMKI Minta Masyarakat Tidak Terprovokasi  

GMKI mengutuk keras pengeboman yang melukai empat orang anak di Gereja Oikumene, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, pada Ahad kemarin.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Pensiunan Tentara Terduga Pelaku Teror Bom  

3 November 2016

Polisi Tangkap Pensiunan Tentara Terduga Pelaku Teror Bom  

Bom bensin itu dilengkapi pemicu pengatur waktu berupa jam dinding.

Baca Selengkapnya

Bom Paku Bunuh Kerbau di Yogyakarta  

2 November 2016

Bom Paku Bunuh Kerbau di Yogyakarta  

Bom meledak ketika kerbau paling belakang menginjaknya.

Baca Selengkapnya

Korban Bom Peringati 12 Tahun Tragedi Kuningan  

10 September 2016

Korban Bom Peringati 12 Tahun Tragedi Kuningan  

Peringatan bom Kuningan ini bertujuan mengingatkan bahwa aksi terorisme sangat berbahaya.

Baca Selengkapnya