Sebuah papan reklame tumbang akibat angin kencang dan hujan di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, (29/10). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum dapat memastikan jumlah garam yang akan digunakan dalam Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Rekayasa cuaca ini akan berlangsung selama empat bulan dari Desember 2013 sampai Maret 2014.
"Tergantung kebutuhan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, di kantornya kemarin. Dalam sehari, Sutopo melanjutkan, penyebaran garam bisa dilakukan sampai tiga kali. "Tapi kadang-kadang enggak terbang," ujarnya.
Untuk sekali penyebaran bisa menghabiskan 8 ton garam, bila diangkut dengan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara. Sementara Cassa 212 hanya bisa membawa 1 ton garam. "TNI dan BPPT sudah siap. Tinggal menunggu surat siaga darurat banjir," ucap Sutopo.
Dalam proyek rekayasa cuaca ini, Sutopo memastikan tidak akan terjadi kerusakan ekosistem, terutama dalam kualitas air. "Rasannya enggak asin dan di bawah ditaruh alat-alat pemantau kualitas air. Jadi TMC hanya mengurangi pasokan air hujan," ucapnya.
Jadi, Sutopo menjelaskan, rekayasa cuaca ini dilakukan terhadap awan-awan yang akan memasuki daerah target atau up wind. "Kita semai dengan garam dan dijatuhkan di Selat Sunda atau Laut Jawa," ujar Sutopo. "Dipercepat hujannya sebelum masuk Jakarta," tambahnya.
Menurut Sutopo, rekayasa cuaca ini cukup efektif dalam mengurangi hujan yang masuk ke Jakarta. Berdasarkan pengalaman pada 26-27 Januari 2013, cara ini mampu mengurangi sebesar 30 persen. "Kalau enggak dilakukan banyak banjir dan masalah," kata dia.