Petugas Pemadam Kebakaran mencoba mengevakuasi korban kecelakaan tabrakan antara kereta api commuter line Serpong-Tanah Abang dengan kendaraan tangki BBM di perlintasan Bintaro, Jakarta (9/12). TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO, Jakarta - Didik Sunardi tampak tenang menunggu sang istri, Susi Relahati, di ruang tunggu ICU Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta Selatan, Senin, 9 Desember 2013. Susi adalah salah satu korban tabrakan antara kereta rel listrik tujuan Stasiun Serpong-Tanah Abang dan truk tangki bahan bakar minyak di perlintasan Bintaro Permai.
Kepada Tempo, pria berumur 46 tahun ini mengatakan bahwa istrinya mengalami luka di lengan dan kaki kiri. Beruntung, Susi tak mengalami luka bakar. "Tangan dan kaki istri saya luka karena melompat dari gerbong kereta," kata dia kepada Tempo. (Baca juga: Satu Korban Tabrakan Bintaro, Luka Bakar 90 Persen).
Saat itu, Susi berada di gerbong kedua dari depan. Didik pun mengaku mendapat kabar dari istrinya melalui telepon sesaat setelah kecelakaan terjadi. Menurut Didik, saat itu Susi masih berada di dalam gerbong, dan panik. Didik pun meminta Susi segera meninggalkan gerbong kereta.
"Saya langsung ke lokasi kejadian," kata Didik.
Didik menuturkan, ketika kejadian, istrinya hendak pergi dari rumahnya di dekat Stasiun Sudimara, Jakarta Selatan, ke Pasar Tanah Abang untuk membeli kain bahan seragam anak. "Istri saya punya usaha kecil-kecilan membuat seragam," kata dia. Pasangan Didik dan Susi dikaruniai empat anak. "Dua orang sudah kerja, yang dua masih sekolah. Anak paling kecil berumur 11 tahun."
Saat ini, RS Fatmawati merawat tujuh korban kecelakaan kereta Bintaro. Lima di antaranya menderita luka bakar serius.