Petugas pemadam kebakaran menyelusuri gerbong kereta saat melakukan evakuasi korban kecelakan kereta Tanah Abang di Ulijami, Pesanggrahan, Jakarta, (09/12). Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Banyak kalangan menyayangkan tidak tersedianya palu atau alat lain pemecah kaca dalam kereta saat Tragedi Bintaro II, Senin, 9 Desember 2013. Ketiadaan alat pemecah kaca jendela dituding menyumbang jatuhnya korban. (Baca: 11 dari 83 Korban Luka Kereta Bintaro Masih Dirawat di RS Pertamina)
Kereta rel listrik (KRL) buatan Jepang tidak memakai palu sebagai alat keselamatan. Informasi ini disebarkan polisi dalam akun media sosial Facebook-nya. Dalam akun itu disebutkan, rangkaian KRL buatan Jepang biasannya menggunakan fasilitas darurat untuk keluar dari rangkaian berupa katup angin.
Katup angin tidak begitu populer ketimbang palu darurat di mata masyarakat. Bahkan, masyarakat kebanyakan belum mengetahui katup angin, begitu pun cara menggunakannya.
Biasanya, lokasi katup angin terdapat di dua posisi, yaitu di bawah bangku di sisi pintu naik dan turun penumpang. Katup juga biasanya disediakan pada sambungan antargerbong. Katup angin ini biasanya ditandai dengan border penutup berwarna merah untuk memudahkan pencarian.
Selain di bagian dalam, di bagian luar kereta pun terdapat katup. Posisinya berbeda-beda, bergantung pada tipe KRL. Namun, pada umumnya, katup atau keran tersebut berwarna merah.
Cara menggunakannya pun sangat mudah. Buka penutup lalu tarik tuas keran sepenuhnya hingga terdengar suara angin yang terlepas. Dengan demikian, pintu dengan mudah dapat dibuka menggunakan tangan. (Baca: Sejumlah Penumpang Mencari-cari Pemecah Kaca tapi Nihil)