Ruang filter air (Siphon) Instalasi Pengelolaan Air (IPA) II PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), Pejompongan, Jakarta. ANTARA/Dhoni Setiawan
TEMPO.CO, Bekasi - Balai Besar Wilayah Sungai Citarum Kementerian Pekerjaan Umum membangun sifon air atau saluran bawah kali untuk memenuhi kebutuhan air di Jakarta. Sebab, untuk pasokan air ke Jakarta terbentur dengan Kali Bekasi melalui aliran Tarum Barat atau Kalimalang.
"Kabutuhan air untuk Jakarta 21 meter kubik per detik," kata Teguh Riwayanto, pelaksana teknik pada Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA) Citarum, BBWS, Kementerian Pekerjaan Umum, Selasa, 17 Desember 2013.
Teguh menjelaskan, Tarum Barat dari Tambun terpaksa terbuang ke laut ketika terjadi debit air meningkat di Kali Bekasi. Padahal, pembukaan pintu air di bendung Bekasi mempengaruhi debit limpasan untuk kebutuhan warga Jakarta. Otomatis, jika pintu air dibuka, pasokan air akan menurun. "Kalau terbuang ke laut pasokan dapat berkurang," katanya.
Teguh mengatakan, apabila sifon tersebut sudah dapat difungsikan, pasokan air ke Jakarta mempunyai debit limpasan 31 meter kubik perdetik. Aliran dari Tarum Barat mengalir melalui sifon yang ada di bawah Kali Bekasi, kemudian keluar ke Tarum Barat di sisi barat Kali Bekasi. "Air untuk bahan baku air bersih di Jakarta," katanya. "Selain itu, juga untuk menggelontor ke Kali Ciliwung."
Ia menyebutkan, sifon mempunyai panjang sekitar 102 meter sesuai lebar Kali Bekasi, sifon itu berada 16 meter di bawah muka air Bekasi. Sifon mempunyai lebar 9,5 meter dengan ketinggian 3,4 meter. "Sekarang tinggal pengerjaan intik atau saluran dari tarum ke Kali Bekasi," ujar dia. "Intik digunakan jika sifon sedang dinormalisasi."
Rencananya, sifon itu akan diuji coba pada akhir Desember tahun ini setelah pembangunan pintu air di Tarum Barat itu selesai. Namun, uji coba dilakukan tergantung kondisi cuaca. "Kalau debit air tinggi, belum bisa diuji coba," ujarnya.
