Dalam Festival Cisadane, sejumlah ibu rumah tangga ikut serta dalam lomba dayung perahu naga di sungai Cisadane, (17/6). Keikutsertaan sejumlah ibu rumah tangga ini merupakan yang pertama kali sebagai hiburan warga. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta — Kepala Balai Besar Ciliwung Cisadane T. Iskandar mengatakan pihaknya masih terus melakukan kajian terkait dengan debit Ciliwung jika Cisadane disodet. “Kami masih terus melakukan kajian,” kata Iskandar saat dihubungi Tempo, Kamis, 16 Januari 2014.
Dia mengatakan simulasi soal perbedaan debit Ciliwung dan Cisadane pernah dilakukan pihaknya pada 1997. “Tapi itu sudah lama, sudah 17 tahun yang lalu. Pastinya sudah ada perbedaan,” ujar Iskandar.
Dalam kajian tersebut dipaparkan, jika Ciliwung dan Cisadane disodet, debit Ciliwung-Katulampa berubah dari 780 meter kubik per detik menjadi 490 meter kubik per detik, Cisadane-Empang berubah dari 810 meter kubik per detik menjadi 970 meter kubik per detik, dan Cisadane-Pasar Baru berubah dari 1.600 meter kubik per detik menjadi 1.900 meter kubik per detik.
Iskandar enggan memastikan kapan kajian terbaru soal debit Ciliwung-Cisadane akan selesai. “Belum tahulah. Yang jelas, kajian itu saat ini masih terus berlangsung,” kata dia.
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
2 Maret 2024
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
Wakil Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menyampaikan, banyaknya titik genangan air di Jakarta terjadi karena kondisi daratan yang berada dibawah permukaan air laut.