Seorang penumpang KRL menyempatkan diri mengambil gambar dari pinggir rel kereta api di Kawasan Gambir, Jakarta (05/02). Perjalanan kereta api Commuter Line juga terganggu karena terjadi genangan banjir di sejumlah stasiun. Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO , Jakarta: Komunitas KRL Mania pesimis adanya penambahan jumlah perjalanan Kereta Rel Listrik (KRL) commuter line di seluruh wilayah Jabodetabek per 1 Juni nanti bisa menyelesaikan persoalan penumpukan penumpang. "Saya pikir tidak akan berpengaruh. Tetap saja penumpang menumpuk," ujar anggota KRL Mania Setyo Wardono saat dihubungi Ahad, 24 Mei 2014.
Menurut dia, selama KRL sering terlambat, penumpang bakal terus menumpuk di setiap stasiun. Sebab, jumlah penumpang bakal terus bertambah jika KRL datangnya telat. "Pada jam sibuk, 5 menit saja kereta terlambat, sudah kaya laron. Penumpang sudah membludak," ucapnya.
Ia menyatakan, persoalan penumpukan penumpak tak bisa diselesaikan hanya dengan penambahan jumlah perjalanan. Namun juga dibarengi dengan perbaikan teknologi.
Selama ini, ia melanjutkan, perjalanan KRL seringkali terganggu bila terjadi hujan disertai petir. "Saya kira harus ada audit persoalan teknologi misalnya oleh BPPT. Kenapa setiap ada petir sering gangguan sinyal. Apakah tidak ada penangkal petir?" katanya. Atau mungkin, ia menambahkan, diperlukan teknologi baru untuk menyelesaikan permasalahan gangguan sinyal.
Ia juga mengatakan, kereta seringkali terlambat tiba di stasiun tujuan karena mendahulukan kereta jarak jauh. "KRL ditahan di Juanda karena ada kereta jarak jauh yang mau berangkat atau masuk. Dan itu berpengaruh juga terhadap penumpukan penumpang."
Usai Libur Panjang Kenaikan Isa Almasih, PT KAI Tambah Armada Hadapi Libur Waisak
6 hari lalu
Usai Libur Panjang Kenaikan Isa Almasih, PT KAI Tambah Armada Hadapi Libur Waisak
PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mencatat 854.728 penumpang selama libur panjang Kenaikan Isa Almasih dan cuti bersama periode 8 sampai 12 Mei 2024