Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memberikan keterangan kepada wartawan terkait majunya Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi maju sebagai calon Presiden pada pemilu 2014 di Balaikota, Jakarta Pusat, Jakarta (14/3). Dalam keterangannya Ahok menyatakan siap menggantikan posisi Gubernur dan mendukung pencalonan Jokowi sebagai presiden dari partai PDI-P. ANTARA/Muhammad Adimaja
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengancam akan menutup rumah sakit yang tak mau melayani pasien yang kritis.
"Kami akan tutup rumah sakit yang tidak melayani pasien darurat," kata Ahok dalam sambutannya dalam acara Kunjungan Kerja Menteri Kesehatan di Puskesmas Tebet, Jakarta Selatan, Selasa, 10 Juni 2014. (Baca: Ahok Mulai Blusukan ala Jokowi)
Ahok menegaskan bakal membenahi rumah sakit yang terkesan plinplan dalam menangani pasien yang mengalami kritis. "Banyak rumah sakit yang manja, akan kami urus mereka," kata Ahok.
Ia pun menceritakan pengalaman pahitnya saat menjadi Bupati Belitung Timur. "Dulu saya diancam dokter pas jadi bupati. Mereka mau mogok, tapi saya tidak masalah mereka mogok. Saya lebih memilih mati tidak ada dokter daripada ada yang mati terus dokter tidak bisa ngapa-ngapain karena tidak punya duit. Itu kan melanggar sumpah dokter," tutur Ahok.
Saat ini, kata Ahok, pihaknya sudah bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) ihwal program Kartu Jakarta Sehat. Salah satunya soal pengalihan pasien dari RSCM ke rumah sakit swasta jika penuh.
Kepala Dinas Kesehatan Dien Emawati mengatakan kerja sama lainnya terkait dengan persoalan dokter spesialis di puskesmas. Menurut dia, idealnya dokter spesialis di puskesmas minimal dua orang. "Nanti ada penempatan dari FKUI."
Tahun ini DKI Jakarta bakal mengubah 18 puskesmas menjadi rumah sakit tipe D. Syarat untuk menjadi rumah sakit tipe D di antaranya jumlah dokter spesialis minimal dua orang.