Massa FPI saat menggelar aksi unjuk rasa menolak Ahok menjadi Gubernur DKI di depan Gedung DPRD, Jakarta, 24 September 2014. Ahok akan menggantikan Jokowi yang telah terpilih menjadi Presiden RI periode 2014-2019. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono menilai demonstran yang menolak Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo berniat membuat keributan. Demonstran anti-Ahok tersebut terdiri atas Front Pembela Islam (FPI), Gerakan Pembela Umat Rasulullah, dan Laskar Pembela Islam. (Baca: Polisi Tangkap 15 Pendemo Ahok)
Penilaian itu, menurut Unggung, berdasarkan barang bukti yang disita petugas dari para pengunjuk rasa. "Mereka sengaja membawa batu dan barang lain seperti pedang untuk membuat kerusuhan," ujar Unggung di Balai Kota Jakarta, Jumat, 3 Oktober 2014. Bahkan, tutur dia, kotoran kerbau yang dilemparkan ke petugas juga sudah disiapkan.
Unggung mengatakan pengunjuk rasa sengaja mencari momentum untuk rusuh. Caranya, berunjuk rasa di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI, Jalan Kebon Sirih. Padahal izin yang mereka ajukan adalah berdemonstrasi di Jalan Medan Merdeka Selatan. (Baca: FPI Demo Tolak Ahok, Empat Polisi Terluka)
Pendemo mencoba merangsek ke Balai Kota lewat DPRD. Namun dihalangi barikade polisi. Tiba-tiba, mereka langsung beringas, melempari polisi dengan batu, kaca botol, dan kotoran kerbau. "Makanya, saya perintahkan koordinator demo untuk menyerahkan diri," tuturnya. Unggung berujar, jika dalam waktu dekat koordinator pengunjuk rasa tidak datang ke Polda Metro Jaya, polisi akan mencarinya. Polisi telah menangkap sekitar 15 pengunjuk rasa yang dianggap membuat rusuh.