TEMPO Interaktif, Jakarta:Rumah Sakit Siaga Raya, Pejaten, Jakarta Selatan hingga pukul 20.27 kamis (30/6) merawat 14 orang korban kecelakaan kereta api di Rawa Bambu, Pasar Minggu. Mayoritas dari korban yang dirawat di RS tersebut adalah penumpang yang naik di kabin masinis dan gerbong pertama kereta api yang menabrak. "Kalang kabut dan panik,"ujar Rudi Sahidi (24 tahun) menceritakan kondisi di dalam kabin.Rudi dalam keadaan masih lemas menceritakan detik-detik mejelang tabrakan, 7 orang di dalam kabin berebut keluar. "Semuanya panik, masinisnya juga ikut-ikutan pengen keluar,"katanya. Warga Cakung ini masih dirawat akibat cidera siku kanannya.Korban lainnya yang naik kabin adalah Dian Santi Prihartini (31 tahun) yang mengalami cidera di kepala. Ia tidak mampu bercerita apa-apa dan terlihat sangat syok, sesekali terisak. Selain mereka berdua, Slamet (35 tahun) dan keluarganya juga menjadi korban. Saat itu, warga desa Cimanggis Bojong Gede ini naik bersama istrinya Ida (35 tahun) dan anaknya Aditya (5 tahun) di gerbong pertama. Mereka hendak berbelanja ke stasiun Kota. Slamet khawatir,selain menjadi korban kecelakaan, Ida tengah mengandung 9 bulan. Saat ini dokter sedang mengoperasi Ida untuk membantu persalinannya. Slamet dan anaknya cidera ringan sebetulnya boleh pulang tapi harus menunggu ibu dan istri mereka. Korban terparah di RS Siaga Raya adalah Usman (19 tahun) asal Brebes. Cidera kepala cukup parah sehingga harus dirujuk ke RSCM. "Korban perlu discan kepalanya, dan kami tidak punya fasilitas untuk itu,"kata Hendro, dokter RS Siaga Raya.Selain di RS Siaga Raya, sekitar 22 rang kini dirawat di RS Tria Dipa, Pasar Minggu. Koran yang dirawat di RS itu , rata-rata mengalami cidera. Sekitar pukul 20.41 Menko Kesra Alwi Shihab dan Menhub Hatta Rajasa mengunjungi korban di RS Siaga Raya. Mereka mengunjungi satu persatu dan mengajak berdialog korban.Oktamandjaya W