Seratus pasangan nikah massal mengikuti prosesi di halaman Gedung Balai Pemuda , Surabaya, Jawa Timur (12/5). Acara nikah massal tersebut diselenggarakan sebagai bakti sosial HUT Perusahaan Gas Negara (PGN) ke 49. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Jakarta - Mijan, 60 tahun dan istrinya Kholifah, 55 tahun, tersenyum lebar saat mengikuti acara resepsi pernikahan massal di Istora Senayan. Berbaju adat Riau berwarna hijau, pasangan suami istri yang sudah menikah sejak 1984 ini merupakan salah satu peserta nikah dari 5.125 pengantin.
Kholifah mengatakan, alasan dia ikut acara ini, agar punya surat nikah. Karena, surat nikahnya terbakar pada 2002 di Tanjung Priok. "Agar anak saya yang SMA bisa masuk kuliah, takut nanti dipersulit kalau tidak ada surat nikah," kata dia di Istora Senayan, Jakarta, Rabu, 28 Januari 2015.(Baca :5.124 Pasangan Nikah Massal di Senayan).
Menurut Kholifah, dia mengaku senang mengikuti acara ini. Karena, nostalgia perkawinannya. "Berasa diperhatikan. Apalagi dirayakan digedung. Mewah," ujar wanita yang bekerja sebagai pemulung ini.
Mengenai baju adat yang dipakainya, kata Mijan, itu baju adat pertama kali yang dia pakai. "Ini dipilih sama panitia, tapi saya suka. Saya terlihat gagah," ujar dia.
Mijan dan Kholifah kini tinggal di Tanjung Priok. Mijan mengaku tinggal di sebuah gubuk. Dia berharap, setelah acara pernikahan berlangsung, masih ada yang memperhatikan. "Semoga anak saya yang berjumlah 5 orang dan sudah memiliki cucu 2, bisa menolong orang tuanya," kata pria yang bekerja memandikan mayat ini.
Panitia pernikahan massal, Holly Hanna, mengatakan pasangan Mijan dan Kholifah adalah pasangan paling tua di nikahan massal ini.
Wagub Jabar Usulkan Poligami untuk Solusi HIV, Sosiolog Unpad: Berbahaya
30 Agustus 2022
Wagub Jabar Usulkan Poligami untuk Solusi HIV, Sosiolog Unpad: Berbahaya
Sosiolog Universitas Padjadjaran, Budi Rajab tidak setuju dengan usulan poligami yang dicetuskan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum sebagai solusi masalah HIV/AIDS.