TEMPO.CO , Jakarta: Kota Depok menduduki peringkat terakhir dalam penilaian tahap pertama Adipura 2015 Kementerian Lingkungan Hidup kategori kota di Jawa Barat. Deputi IV Bidang Pengolalaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Limbah B3, dan Sampah, Muhammad Ilham Malik, mengatakan dari 14 kota yang termasuk dalam penilaian tahap awal itu, ada tiga kota yang menduduki peringkat terendah.
Kota itu adalah Depok (peringkat 14), Bandung (13), dan Bekasi (12). “Saya tidak bilang terkotor, tapi berada di ranking rendah,” kata Ilham saat dihubungi Tempo, Senin, 23 Februari 2015.
Ilham menjelaskan, penilaian itu mencakup soal kebersihan, keteduhan, dan kualitas air. Ilham enggan menyebut berapa nilai yang didapat ketiga kota terendah itu dan kota mana yang berada di peringkat pertama.
“Ini kan masih berlangsung penilaiannya, baru tahap pertama,” ujarnya. Namun, Ilham memastikan tiga kota yang menduduki peringkat terendah itu tidak masuk dalam pemantauan untuk penilaian tahap berikutnya. “Depok, Bandung, dan Bekasi sudah gugur. Ibarat pertandingan, mereka tidak lolos masuk ke semifinal,” kata dia.
Pada anugrah Adipura 2013-2014, Kota Surabaya mendapat anugrah Adipura Kencana, karena berada di peringkat pertama Adipura Kota Metropolitan dengan nilai 75,12. Peringkat kedua diraih oleh Kota Tangerang dengan perolehan nilai 74,93 dan mendapat anugrah Adipura Kencana. Palembang, yang juga mendapat Adipura Kencana, berada di peringkat ketiga dengan perolehan nilai 73,54.
Sedangkan peringkat terakhir dari 14 kota metropolitan yang menjadi peserta Adipura adalah Bekasi, dengan nilai 68,75. Kota Bandung yang menduduki peringkat 12 dengan nilai 70,55 mendapat sertifikat. Sertifikat diberikan karena Bandung memiliki peningkatan penilaian dari tahun sebelumnya, yakni 67.
AFRILIA SURYANIS
Berita terkait
Kilas Balik Program Sehari Tanpa Nasi di Depok, Belasan Siswa Pingsan 12 Tahun Lalu
11 Februari 2024
Acara pemecahan rekor MURI sehari tanpa nasi di Depok melibatkan puluhan ribu orang. Belasan siswa pingsan karena lemas
Baca SelengkapnyaUndip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri
26 Oktober 2023
BRIN dan Universitas Diponegoro (Undip) menjalin kolaborasi riset untuk pengembangan metode alternatif pendeteksi logam di limbah industri.
Baca SelengkapnyaCerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor
19 September 2023
Menurut pelanggan Perumda Tirta Patriot itu, banyak warga Bekasi yang juga mengalami penyakit kulit karena air PAM, selain dirinya.
Baca SelengkapnyaKali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti
15 September 2023
Akibat suplai air PAM terhenti 3 hari, warga Bekasi terpaksa beli air isi ulang dan tidak mandi untuk menghemat air.
Baca SelengkapnyaKali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu
11 Agustus 2023
Perumda Tirta Patriot mengambil air Sungai Kalimalang sebagai penetral untuk dicampur dengan air baku Kali Bekasi.
Baca SelengkapnyaWarga Depok Minta Jangan Ada Lagi Sistem Satu Arah di Jalan Nusantara
22 Januari 2023
Pelaku usaha dan warga di sekitar Jalan Raya Nusantara, Kota Depok, berharap pemerintah kota tidak lagi memberlakukan kebijakan Sistem Satu Arah
Baca SelengkapnyaMengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri
30 November 2022
Limbah B3 dibagi menjadi limbah elektronik dan fashion. Hal ini menjadi permasalahan utama yang akan menyerang kondisi manusia dan lingkungan dalam keseharian.
Baca SelengkapnyaRancangan Perda Kota Religius Depok Ditolak Kemendagri, Wakil Wali Kota Ingin Tahu Alasannya
2 Oktober 2022
Kemendagri tidak mengabulkan Rancangan Perda Kota Religius Depok dan wakil wali kota ingin tahu alasannya.
Baca SelengkapnyaRatusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri
6 Juli 2022
Warga menduga kematian ikan bandeng di keramba tersebut akibat limbah dari Kawasan Industri Lamicitra.
Baca SelengkapnyaGrup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang
31 Maret 2022
Aplikasi MASTERMINE diharapkan dapat menghasilkan nilai efisiensi 10-20 persen dari total biaya pengolahan air limbah tambang.
Baca Selengkapnya