TEMPO.CO, Jakarta - Restoran mewah bergaya pedesaan Swiss, Marche, sedang ramai diperbincangkan netizen. Restoran ini dianggap keterlaluan karena telah memasukkan tagihan listrik sebesar Rp 400 ribu kepada pelanggan.
Dalam kasus ini, ada satu orang yang merasa paling dirugikan. Dia adalah Leonita Julian. "Saya jadi korban bully di media sosial karena dikira saya adalah pelanggan yang mengadu," kata Leonita yang juga seorang blogger, saat dihubungi Tempo, Selasa, 7 April 2015.
Leonita menjelaskan kejadian bermula saat dia meneruskan gambar bon tagihan Marche yang diterima melalui akun Twitternya, @leonisecret. Di dalam bon itu tertera biaya "cash listrik" senilai Rp 400 ribu.
Leonita terkejut membaca bon itu. Dia lantas menanggapi perihal tagihan listrik yang dianggapnya tak masuk akal itu.
Lantaran akun Twitter Leonita otomatis terhubung dengan akun media sosial Path miliknya, maka semakin mudah informasi itu tersebar. Sayangnya, posting-an Leonita itulah yang kemudian menjadi sorotan, sehingga dia dianggap sebagai pelanggan yang mengalami kasus tagihan isi baterai tersebut.
"Ini jadinya pencemaran nama baik karena banyak yang menuduh saya menjelek-jelekkan restoran itu," kata Leonita yang punya lebih dari 28 ribu akun pengikut di Twitter.
Terlepas dari siapa yang mendapat tagihan listrik sebesar itu, petugas Quality Control Restoran Marche Plasa Senayan, Thomas Sjamsul, menampik tudingan Marche menagih biaya listrik seperti yang ramai dibicarakan di media sosial.
Menurut Thomas, nominal Rp 400 ribu yang tercantum di dalam tagihan yang beredar di ranah maya adalah biaya penggunaan ruang privat.
"Kami tidak pernah membebankan tarif listrik. Bahkan, kami sediakan beberapa stop kontak cuma-cuma," katanya.