Ada Kebun Sayur di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma

Reporter

Editor

Kurniawan

Sabtu, 6 Juni 2015 05:50 WIB

Sejumlah anak kecil menyaksikan pesawat Citilink yang berada di landasan dari pagar samping Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Setiap sore hari, warga mendatangi kawasan ini untuk "berwisata gratis". TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO , Jakarta: Pangkalan udara tak selalu bising oleh suara mesin pesawat dan tak selalu dipenuhi dengan aktivitas penerbangan. Suasana alam layaknya di pedesaan pun bisa dilihat di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Deretan tanaman sayur seperti bayam, kacang kedelai edamame, kangkung, caisim, dan pakcoy membentang di lahan seluas 6 hektare. Di sebelah kebun sayur tersebut terdapat peternakan sapi perah dan kolam buatan yang digunakan untuk memelihara lele.

Menurut Komandan Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma Marsekal Pertama Sri Pulung Dwatmatsu, gagasan untuk mengoptimalkan lahan tidur di pangkalan udara tercetus saat terjadi kerusuhan pada 1998.

Saat kerusuhan terjadi, kata dia, kebutuhan logistik di Jakarta terputus, sehingga truk pengangkut logistik sulit masuk Ibu Kota. Padahal, saat itu, ia mengatakan, anggota TNI harus bekerja 24 jam untuk mengamankan situasi. Dari situlah ayah beranak tiga ini berpendapat bahwa pangkalan udara harus mampu memenuhi kebutuhan logistik penghuninya.

Sri Pulung, yang tak memiliki dasar ilmu pertanian sama sekali, lantas mengujicobakan gagasannya tersebut saat bertugas di Pangkalan Udara Husein Sastranegara, Bandung pada tahun 2012. Untuk mewujudkan gagasannya tersebut, anak kedua dari enam bersaudara ini meluangkan waktunya untuk belajar pertanian dan perkebunan melalui Internet. “Namanya keinginan harus diperjuangkan,” tuturnya kepada Tempo di Halim Perdanakusuma, Kamis, 28 Mei 2015.

Saat bertugas di Bandung, kata Sri Pulung, dia mencoba untuk menanam buah dan sayur seperti pepaya; brokoli; tomat sayur; romen; pagoda dan pakcoy. Tak hanya itu, lulusan Akademi Angkatan Udara TNI tahun 1988 ini pun menggagas kegiatan kerja bakti di pangkalan udara sebanyak dua bulan sekali.

Pada tahun 2013, melalui surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/305/IV/2013, Sri Pulung kemudian ditunjuk sebagai Komandan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Sukses mengubah lahan tidur di tempat sebelumnya, Husein Sastranegara, suami dari Dine Sekarningrum Sastranegara ini pun ingin menerapkan hal yang sama di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma.

Sri Pulung lantas berupaya untuk membuat kebun sayuran di lahan seluas 6 hektare. Untuk memudahkan pengelolaan dan pemasaran sayur-sayuran organik dan hidroponik tersebut. Ayah beranak tiga ini menggandeng sebuah perusahaan swasta untuk menjadi konsultan.

Menurut seorang konsultan pertanian, Yaya Sunarya, setiap hari sekitar 5 kwintal sayur-sayuran dari Bandara Husein Sastranegara dan Halim Perdana Kusuma dipasarkan di Jakarta. Sayur organik dan hidroponik itu dijual di beberapa supermarket seperti, Market City, Duta Palem, Total Palem, JFM Pluit, Ami Fresh, dan Apple Shop. “Bahkan setiap Sabtu dari pukul 07.00-11.00 WIB kami menyelenggarakan fresh market untuk warga pangkalan udara dan sekitarnya,” tuturnya.

Saat ini, kata Yaya, pupuk kompos produksi Tempat Pembuangan Sampah Terpadu milik Halim Perdanakusuma juga mampu memasarkan pupuknya hingga Bogor dan Cianjur. Dalam sehari, TPST, yang memiliki luas 2.500 meter persegi, mampu mengolah sampah dari lingkungan pangkalan udara hingga 20 ton.

Yaya menjelaskan, kendala dalam pengembangan sayuran dan peternakan sapi perah di Halim Perdanakusuma ialah suhu. Menurut dia, suhu di Jakarta membuat sayuran dan sapi perah sulit dikembangkan. Kendala lainnya, kata dia, ialah sulitnya mencari tenaga kerja. “Banyak pekerja kami yang kaget karena saat kami ajak ke Jakarta ternyata pekerjaannya tak jauh dari mencangkul,” tuturnya.

Namun, Sri Pulung menyanggah anggapan Yaya. Menurut dia, saat mengembangkan lahan tidur menjadi lahan produktif di Halim, yang ia lihat hanyalah peluang. “Justru dengan adanya perkebunan dan peternakan ini mampu menyerap tenaga kerja. Jadi lihat dari sisi positifnya,” tuturnya.

Pria kelahiran Jakarta tahun 1965 ini menuturkan, pangkalan udara tak selalu berfungsi sebagai pangkalan pesawat tempur. Pada saat damai, kata dia, pangkalan udara juga bisa berfungsi untuk mengembalikan nilai-nilai bangsa, seperti kekeluargaan dan gotong royong. "Saya khawatir, pada era modern saat ini, keluarga menjadi tak utuh karena kurangnya interaksi," tuturnya.

GANGSAR PARIKESIT

Berita terkait

Dubai akan Bangun Bandara Terbesar di Dunia, Bisa Tampung 260 Juta Penumpang

6 jam lalu

Dubai akan Bangun Bandara Terbesar di Dunia, Bisa Tampung 260 Juta Penumpang

Bandara Internasional Al Maktoum akan menggantikan Bandara Internasional Dubai yang masih beroperasi saat ini

Baca Selengkapnya

Penurunan Status Bandara Internasional Dikritik: Minim Kajian, Sama Seperti Pembangunannya

7 jam lalu

Penurunan Status Bandara Internasional Dikritik: Minim Kajian, Sama Seperti Pembangunannya

Anggota DPR RI mengkritik langkah pemerintah menurunkan status sejumlah bandara internasional. Dianggap minim kajian.

Baca Selengkapnya

Bandara SMB II Palembang Turun Kelas, PHRI dan Blogger Sumsel Kecewa

16 jam lalu

Bandara SMB II Palembang Turun Kelas, PHRI dan Blogger Sumsel Kecewa

Keputusan menurunkan status bandara di Palembang dinilai berdampak negatif terhadap pertumbuhan industri parawisata di Sumsel.

Baca Selengkapnya

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Sandiaga Uno: Ada Kekhawatiran Pariwisata Solo Turun

1 hari lalu

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Sandiaga Uno: Ada Kekhawatiran Pariwisata Solo Turun

Bandara Adi Soemarmo turun status dari internasional ke domestik. Bagaimana nasib pariwisata di Solo? Ini tanggapan Sandiaga Uno.

Baca Selengkapnya

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Gibran: Harus Perbanyak Event Internasional di Solo

1 hari lalu

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Gibran: Harus Perbanyak Event Internasional di Solo

Gibran mengatakan turunnya status Bandara Adi Soemarmo tidak akan mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ke Kota Solo.

Baca Selengkapnya

Komitmen untuk Pariwisata, Bandara Lombok Tetap Berstatus Internasional

1 hari lalu

Komitmen untuk Pariwisata, Bandara Lombok Tetap Berstatus Internasional

Bandara Lombok merupakan pintu masuk utama bagi wisatawan yang ingin berlibur ke Lombok dan destinasi lain di Nusa Tenggara Barat.

Baca Selengkapnya

Ini 17 Bandara Internasional dan 17 Bandar Udara yang Turun Status

2 hari lalu

Ini 17 Bandara Internasional dan 17 Bandar Udara yang Turun Status

Kementerian Perhubungan memutuskan hanya ada 17 bandar udara yang berstatus bandara internasional dari semula 34 buah.

Baca Selengkapnya

Bandara Internasional Dipangkas, INACA: Semua Bandara Dapat Hidup, Terjadi Pemerataan Pembangunan

2 hari lalu

Bandara Internasional Dipangkas, INACA: Semua Bandara Dapat Hidup, Terjadi Pemerataan Pembangunan

Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja angkat bicara soal pengurangan jumlah bandara internasional di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kemenhub Pangkas Jumlah Bandara Internasional, Apa Bedanya dengan Bandara Domestik?

2 hari lalu

Kemenhub Pangkas Jumlah Bandara Internasional, Apa Bedanya dengan Bandara Domestik?

Keberadaan bandara internasional terkadang menjadi kebanggaan tersendiri bagi suatu wilayah.

Baca Selengkapnya

Kemenhub Pangkas Jumlah Bandara Internasional , InJourney Airports: Sejalan dengan Transformasi

2 hari lalu

Kemenhub Pangkas Jumlah Bandara Internasional , InJourney Airports: Sejalan dengan Transformasi

InJourney menilai penyesuaian bandara internasional ini berpengaruh positif terhadap konektivitas udara dan pariwisata Tanah Air.

Baca Selengkapnya