20 Kecamatan di Pesisir Utara Krisis Air

Reporter

Editor

Nur Haryanto

Senin, 3 Agustus 2015 13:16 WIB

Petani merontokkan padi yang telah dipanen di Cibarusah, Jawa Barat, 28 Juli 2015. Kekeringan menyebabkan petani memanen padi lebih awal. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Tangerang - Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Tangerang menyebutkan warga di 20 kecamatan di wilayah pesisir utara Kabupaten Tangerang saat ini mulai mengalami krisis air. "Krisis air bersih dan air irigasi," ujar Kepala Bidang Perencanaan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Tangerang Iwan Firmansyah, Senin, 3 Agustus 2015.

Menurut dia, kekeringan yang melanda saat ini cukup parah, terlebih puncak kekeringan terjadi Agustus-Oktober mendatang. "Saat ini saja sudah kering, belum masuk puncaknya," kata Iwan. Selain kemarau yang panjang, kata Iwan, kekeringan yang terjadi di Kecamatan Pasar Kemis, Rajeg, Sepatan, Sepatan Timur, Mauk, Pakuhaji, Teluk Naga, Kresek, Kronjo, Kemiri, Sukadiri disebabkan rusaknya dua saluran irigasi induk di wilayah itu.

Sumber pengairan dan air baku wilayah pesisir utara Kabupaten Tangerang selama ini bergantung pada saluran induk wilayah Cisadane Barat dan Saluran Indum Cidurian. "Dua saluran induk ini mengalami kerusakan hingga 70 persen, tanggul rusak dan sedimentasi yang parah, pintu air pun rusak," ujarnya.

Kondisi ini menyebabkan air Sungai Cisadane dan Cidurian tidak bisa mengalir sampai ke wilayah hilir tersebut. "Jadi kekeringan parah di semua kecamatan di wilayah utara," tutur Iwan. Rusaknya dua saluran induk itu secara otomatis membuat puluhan saluran irigasi sekunder kering kerontang.

Menurut Iwan, kekeringan menyebabkan lahan persawahan menjadi kering dan tandus. Sumur warga juga mengalami kekeringan. Berdasarkan pantauan Tempo, kekeringan cukup parah terjadi di Kecamatan Sukadiri, Kemiri, dan Pakuaji. Lahan persawahan sudah banyak yang retak dan tanaman padi mulai berwarna kuning dan kering. "Kalau sudah begini pastinya gagal panen," ucap Aliudin, 40 tahun, petani di Sukadiri.

Untuk air bersih, warga juga sudah mulai menjerit. "Sumur kami sudah lama kering. Kalaupun ada air, rasanya asin seperti air laut," kata Masnin, 35 tahun, warga Kampung Tanjung Kait, Desa Tanjung Anom, Pakuaji.

Sebagai pengganti air bersih, warga membeli air pada tukang air keliling. "Satu jerikennya Rp 5.000, dalam sehari bisa habis sepuluh jeriken," ujar Masnin, yang memiliki enam anggota keluarga.

Bagi Masnin, yang hanya nelayan kerang hijau, biaya untuk membeli air itu sangatlah mahal dan menyulitkan mereka. "Tapi mau bagaimana lagi, itu pun sudah diirit untuk minum, masak, dan mencuci," tuturnya.

JONIANSYAH

Berita terkait

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

5 hari lalu

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

World Water Forum ke-10 merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk mendorong terciptanya solusi konkret untuk mengatasi persoalan air

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UI Raih Pendanaan Internasional untuk Atasi Krisis Air Bersih di Depok

42 hari lalu

Mahasiswa UI Raih Pendanaan Internasional untuk Atasi Krisis Air Bersih di Depok

Tim mahasiswa UI mendapat pendanaan untuk proyek solusi air bersih di Cipayung. Disesuaikan dengan target pembangunan berkelanjutan atau SDGs.

Baca Selengkapnya

BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

46 hari lalu

BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

BRIN mendorong penguatan riset dan inovasi terkait solusi krisis air. Berbagai teknologi pengelolaan air dikembangkan.

Baca Selengkapnya

BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

28 Februari 2024

BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

Krisis air diproyeksikan akan meningkat karena pertumbuhan populasi dan kebutuhan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Dalam 5 Tahun Terakhir, Kekeringan di Tangsel Meningkat

16 November 2023

Dalam 5 Tahun Terakhir, Kekeringan di Tangsel Meningkat

Untuk membantu warga yang mengalami krisis air bersih, BPBD Tangsel terus mendistribusikan air bersih.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Gunung Merbabu Rusak Pipa Air, 1.200 Warga Boyolali Alami Krisis Air

29 Oktober 2023

Kebakaran Hutan Gunung Merbabu Rusak Pipa Air, 1.200 Warga Boyolali Alami Krisis Air

Kebakaran hutan Gunung Merbabu, Jawa Tengah yang telah merambah wilayah Kabupaten Boyolali menyebabkan pipa saluran air bersih

Baca Selengkapnya

Antisipasi Perubahan Iklim dengan Perubahan Gaya Hidup

16 Oktober 2023

Antisipasi Perubahan Iklim dengan Perubahan Gaya Hidup

Kepala BMKG mengatakan perubahan gaya hidup menjadi kunci mengantisipasi krisis air dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

BMKG Meminta Kesetaraan dan Keadilan Akses Air Bersih di World Water Forum

13 Oktober 2023

BMKG Meminta Kesetaraan dan Keadilan Akses Air Bersih di World Water Forum

Salah satu penyebab utama krisis air bersih adalah terus meningkatnya emisi gas rumah kaca yang berdampak pada peningkatan laju kenaikan suhu udara.

Baca Selengkapnya

Ancaman Krisis Air Bersih di Jakarta, Anggota DPRD: Terlalu Banyak Penduduk

9 Oktober 2023

Ancaman Krisis Air Bersih di Jakarta, Anggota DPRD: Terlalu Banyak Penduduk

Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta minta pemerintah DKI Jakarta kendalikan jumlah penduduk yang dianggap jadi penyebab munculnya krisis air bersih.

Baca Selengkapnya

Heru Budi Sebut PAM Jaya Akan Kerja Sama dengan PUPR untuk Atasi Krisis Air Bersih

4 Oktober 2023

Heru Budi Sebut PAM Jaya Akan Kerja Sama dengan PUPR untuk Atasi Krisis Air Bersih

PAM Jaya bangun reservoir komunal Waduk Pluit bertujuan untuk mengatasi kekurangan air bersih di wilayah Rusun Waduk Pluit,

Baca Selengkapnya