Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berbicara kepada wartawan saat tiba di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, 29 Juli 2015. TEMPO/Iqbal Ichsan
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menuturkan resepnya dalam memimpin Jakarta yang berbeda dengan konsep Presiden Joko Widodo sebagai kepala pemerintahan Indonesia. Jokowi mengusung program Nawacita dengan slogan, "Kerja, kerja, kerja." Sedangkan Ahok hanya punya tiga prioritas. "Prioritas saya, pecat, pecat, pecat," kata Ahok di Balai Kota, Kamis, 20 Agustus 2015.
Ahok menuturkan, permintaan agar anak buahnya bekerja dan menyelaraskan langkah sudah dilakukan sejak dua tahun awal pemerintahan. Pada tahun ketiga, ia mulai menyingkirkan pegawai yang kinerjanya tak maksimal. Tahun lalu, jumlah pegawai di DKI 72 ribu orang. Hingga Agustus 2015, jumlahnya kini 69 ribu dengan 3 ribu orang di antaranya dipecat atau memasuki masa pensiun.
Sejak awal tahun, Ahok sudah tiga kali merombak jabatan pejabat eselon dua. Padahal, menurut Ahok, memimpin Jakarta sebenarnya tidak sulit. Pegawai negeri sipil juga tidak dituntut memiliki tingkat kepandaian di atas rata-rata. Para pegawai negeri itu, kata Ahok, hanya perlu memiliki kemauan untuk bekerja dan mengabdi dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada warga.
Ahok menegaskan kehadiran pelayanan terpadu satu pintu bakal menjadi pembuktian keseriusan pemerintah DKI menciptakan pelayanan yang prima. Perbaikan sistemnya dilakukan bertahap hingga akhir tahun ini. Salah satu caranya, menyatukan hak tanda tangan perizinan di bawah pejabat PTSP untuk mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk mengurus perizinan. "Di DKI, kamu cuma butuh otot," kata Ahok.