Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ikut mengecat pagar Monumen Nasional usai memimpin upacara peringatan Hari Pahlawan di Monas, Jakarta, 10 November 2015. TEMPO/Angelina Anjar Sawitri
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mempertanyakan rencana anggaran yang disusun Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, terutama soal pembangunan tangki air dan pompa. "Ngapain bangun tangki air sama pompa di kampung-kampung sampai Rp 30 miliar sama tendon Rp 37 miliar?" kata Ahok di Balai Kota, Senin, 23 November 2015.
Menurut Ahok, apabila ingin membangun tangki-tangki air dan pompa di beberapa wilayah di Jakarta, Dinas Pemadam Kebakaran juga harus membeli tanah untuk menempatkan tangki-tangki air tersebut. "Memangnya punya tanah? Udah tempat begitu padat. Kamu bisa beli tanah di situ enggak? Itu kan juga tanah orang. Ditanam nanti hilang lagi," ucap Ahok.
Ahok pun mengusulkan, daripada membangun tangki-tangki air dan pompa, lebih baik Dinas Pemadam Kebakaran menambah jumlah mobil pemadam. "Lebih baik mobil pemadam kamu bagusin aja," ujarnya.
Ahok juga menginstruksikan Dinas Pemadam Kebakaran menyervis mobil pemadamnya di agen tunggal pemegang merek, agar anggarannya lebih mudah diawasinya. "Selama ini, servis pakai bengkel servis sendiri. Bisa nilep enggak kalau servis sendiri? Bisa. Kalau ke agen tunggal pemegang merek, aman saya. Ada niat saja udah enggak baik," tutur Ahok.
Sejak Rabu lalu, Ahok memeriksa satu per satu perencanaan anggaran yang diajukan jajaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) DKI Jakarta ke dalam kebijakan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta plafon prioritas anggaran sementara (KUA-PPAS).
Dalam lima hari terakhir, termasuk Sabtu dan Minggu, Ahok membahas anggaran yang diusulkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum Tata Air, Dinas Kebersihan, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Dinas Perindustrian dan Energi, Dinas Pemadam Kebakaran, serta Dinas Kesehatan.