Anggota komunitas gay berdandan unik dan memegang lilin untuk memperingati korban AIDS sehari sebelum peringatan Hari AIDS Sedunia di Berlin, Jerman, 30 November 2015. Menurut laporan terbaru yang dirilis UNAIDS, pada tahun 2014 sarana utama penularan virus HIV berasal dari hubungan heteroseksual atau hubungan berbeda jenis. Getty Images/Sean Gallup
TEMPO.CO, Jakarta - Ibu rumah tangga lebih rentan terkena penularan virus HIV/AIDS dibanding pelacur. Demikian berita di Koran Tempo edisi 1 Desember 2015.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta Rohana Manggala mengatakan ibu rumah tangga rentan terkena HIV/AIDS tanpa mengetahuinya. "Misalnya, suaminya selingkuh lalu tertular HIV/AIDS," katanya. Atau bisa juga seperti dalam kasus Nadia. Suaminya pernah menggunakan narkotik dengan jarum suntik secara bergantian.
Kepala Bidang Program Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Fahmi Arizal berpendapat senada. "Penderita AIDS terbanyak dari ibu rumah tangga," ujarnya.
Menurut dia, pemerintah mesti menaruh perhatian atas hal ini. Anak yang dikandung dari pasangan suami-istri itu nantinya bisa terkena HIV apabila tidak ada upaya pencegahan. Ia menilai penanganan HIV/AIDS yang dilakukan pemerintah terlalu berfokus pada kelompok tertentu, seperti pekerja prostitusi dan waria. Ibu rumah tangga terabaikan.
Fahmi mengungkapkan angka ibu rumah tangga yang positif AIDS lebih tinggi ketimbang pekerja prostitusi. Pada 2012, penderitanya sebanyak 1.495 ibu rumah tangga, kemudian turun pada 2014 menjadi 1.044 orang. Bandingkan dengan penderita AIDS dari pekerja prostitusi pada 2012 sebanyak 285 orang, pada 2013 sebanyak 241 orang, dan pada 2014 86 orang.
Selain sosialisasi bahaya dan pencegahan HIV/AIDS, Fahmi lebih setuju laki-laki yang rutin bergonta-ganti pasangan di tempat pelacuran dikenai sanksi pidana. Sebab, mereka selama ini tak tersentuh hukum. Padahal mereka inilah yang membawa risiko tinggi ke rumah dan keluarganya. "Suami 'jajan', pulang, istrinya enggak tahu. Lalu dia menularkan kepada istri dan anaknya," tuturnya.
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
2 Desember 2022
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.