Sebuah bus Transjakarta mogok di halte Harmoni, Jakarta, 5 April 2015. Kurangnya perawatan membuat sejumlah bus transjakarta mogok. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Antonius NS Kosasih mengatakan perusahaannya akan membayar bus-bus pabrikan Cina dari pengadaan tahun 2013. Keputusan itu muncul lantaran verifikasi pemeriksaan fisik menunjukkan kondisi bus dalam keadaan baik. “Kondisinya laik jalan,” katanya di kawasan Parkir Timur Senayan, Selasa, 22 Desember 2015.
Menurut Kosasih, bus tersebut terdiri atas 42 bus gandeng dan 142 bus single. Pembayarannya dilakukan pada 2016 sambil menunggu pengurusan dokumen perizinan dan uji keur (kir) bus selesai. Bus itu akan beroperasi di koridor-koridor yang kekurangan armada.
Pengadaan bus pabrikan Cina itu dilakukan saat Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi dijabat Udar Pristono, yang menjadi tersangka kasus korupsi pengadaan bus Transjakarta. Total anggaran pembelian 656 unit bus yang dibagi menjadi 14 paket itu mencapai Rp 1,8 triliun. Pengadaannya bermasalah lantaran banyak bus yang rusak pada hari pertama beroperasi.
Tiga orang tersangka lainnya merupakan peserta lelang, yakni Direktur Utama PT Mobilindo Armada Cemerlang Budi Susanto, Direktur Utama PT Ifani Dewi Agus Sudiarso, dan Direktur Utama PT Korindo Motors Chen Chong Kyeon.
Sedangkan tiga tersangka yang berasal dari pemerintah adalah Direktur Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi BPPT Prawoto, pejabat pembuat komitmen dalam pengadaan itu Drajat Adhyaksa, dan ketua panitia pengadaan Setyo Tuhu. Akhir September 2015, majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menjatuhkan vonis lima tahun kurungan penjara.
Kosasih berharap tambahan bus baru itu bisa mempersingkat waktu kedatangan bus. Sebab, jumlah bus masih akan terus bertambah dengan bergabungnya Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) ke manajemen Transjakarta. Dari Kopaja, terdapat 320 bus baru yang akan beroperasi di semua koridor. “Bus akan lebih sering datang,” katanya.