Jessica Kumala Wongso saat mendatangi kantor Komnas HAM, Jakarta, 27 Januari 2016. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Komisaris Besar Polisi Musyafak mengatakan tidak heran jika Jessica Kumala Wongso tidak mau menyentuh makanan di ruang tahanan. Sebab Jessica berasal dari keluarga berada yang terbiasa dengan menu makanan mewah. "Sementara jatah makan tahanan itu kecil, sekitar Rp 15 ribu per hari seorangnya," uja Musyafak di markas Polda Metro Jaya, Kamis, 4 Februari 2016.
Menurut Musyafak, anggaran Rp 15 ribu itu untuk tiga kali makan setiap tahanan dalam sehari. Kendati demikian, menu makanan yang disajikan selalu diupayakan memenuhi syarat gizi.
Setelah ditetapkan sebagai tersangka pembunuh Wayan Mirna Salihin, polisi menahan Jessica di ruang tahanan Polda Metro Jaya. Semenjak mendekam di sel, Jessica nyaris tidak menyentuh makanan yang disediakan. Karena itu keluarganya selalu membawakan makanan dari luar.
Musyafak menambahkan, makanan yang dibawakan keluarga tidak boleh diberikan begitu saja. "Untuk jaga kesehatan J, kami kirim tim untuk memeriksa makanannya atau melakukan food securities," kata Musyafak. Pemeriksaan ini dilakukan agar polisi bisa memastikan kandungan makanan yang dikirim untuk Jessica itu. "Supaya nggak ada kandungan yang membahayakan kesehatannya seperti formalin atau nitrat."
Wayan Mirna Salihin, 27 tahun, meninggal setelah menenggak es kopi di Kafe Olivier, Mal Grand Indonesia, 6 Januari lalu. Saat itu, Mirna sedang bertemu dengan Jessica dan Hani. Tak lama setelah meminum kopinya, Mirna merasa mual hingga muntah-muntah.
Berdasarkan hasil otopsi diketahui Mirna tewas akibat sianida yang terkandung dalam kopi. Polisi menduga orang yang menabur racun itu adalah Jessica.