TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup mencatat pada 10 tahun terakhir Indonesia menggunakan 9,8 miliar lembar kantong plastik setiap tahunnya, dan 95 persen di antaranya menjadi sampah. Fakta ini memprihatinkan karena plastik adalah bahan yang sulit terdegradasi secara alami.
Hal itu juga yang membuat Sugianto Tandio, pemilik perusahaan plastik kemasan PT Tirta Marta, menjadi resah. "Selama 40 tahun kami membuat plastik biasa yang tak ramah lingkungan," kata Sugianto, Selasa, 2 Maret 2016.
Sugianto pun makin prihatin setelah melihat kondisi Sungai Citarum yang penuh sampah plastik. Plastik itu menumpuk di permukaan sungai dan bisa terbawa hingga ke laut lepas. "Plastik itu baru terurai setelah 1.000 tahun," ujar Sugianto.
Berbekal ilmu dan pengalaman yang dimilikinya saat sekolah dan belajar di Amerika Serikat, Sugianto pun mulai melakukan penelitian untuk menemukan solusi plastik ramah lingkungan yang bisa diaplikasikan di Indonesia. Sudah lebih dari sepuluh tahun dia melakukan penelitian sejak 2000.
Lulusan pasca sarjana University of North Dakota ini akhirnya menemukan dua teknologi plastik ramah lingkungan. Teknologi itu dinamakan Oxium dan Ecoplas. Oxium adalah aditif yang ditambahkan ke biji plastik biasa yang membuat plastik akan lebih cepat terurai. Sedangkan Ecoplas adalah plastik yang dibuat menggunakan tepung dari singkong.
Produk plastik buatan Sugianto pun masuk pasar pada 2010. Untuk produk shopping bag, Oxium sudah hampir menguasai semua peretail di Indonesia. "Sekitar 90 persen shopping bag peretail besar sudah memakai Oxium," kata Sugianto. Dalam sebulan, dihasilkan 5.000 ton shopping bag Oxium.
Untuk Ecoplas, Sugianto mengakui masih sedikit yang menggunakannya di Indonesia. Produk ini lebih banyak diekspor. Sebab, Ecoplas lebih mahal sekitar 50 persen dari Oxium. Namun Ecoplas lebih cepat terurai karena terbuat dari bahan organik. Sedangkan Oxium butuh waktu sampai dua tahun untuk terurai.
Meski demikian, Oxium sudah memutus mata rantai panjang proses penguraian plastik yang normalnya 1.000 tahun. "Yang membuat plastik tahan lama karena mata rantai karbonnya panjang hingga 7 juta," kata Sugianto. Untuk bisa terdegradasi, mata rantai karbon harus diputus hingga 100 ribu dan Oxium bisa memutusnya.
Ecoplas sendiri bisa segera terdegradasi karena mikroba bisa memakannya. Bahkan Ecoplas bisa digunakan sebagai lapisan dalam landfill soil cover di tempat pembuangan akhir.
NINIS CHAIRUNNISA
Berita terkait
Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri
26 Oktober 2023
BRIN dan Universitas Diponegoro (Undip) menjalin kolaborasi riset untuk pengembangan metode alternatif pendeteksi logam di limbah industri.
Baca SelengkapnyaCerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor
19 September 2023
Menurut pelanggan Perumda Tirta Patriot itu, banyak warga Bekasi yang juga mengalami penyakit kulit karena air PAM, selain dirinya.
Baca SelengkapnyaKali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti
15 September 2023
Akibat suplai air PAM terhenti 3 hari, warga Bekasi terpaksa beli air isi ulang dan tidak mandi untuk menghemat air.
Baca SelengkapnyaKali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu
11 Agustus 2023
Perumda Tirta Patriot mengambil air Sungai Kalimalang sebagai penetral untuk dicampur dengan air baku Kali Bekasi.
Baca SelengkapnyaMengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri
30 November 2022
Limbah B3 dibagi menjadi limbah elektronik dan fashion. Hal ini menjadi permasalahan utama yang akan menyerang kondisi manusia dan lingkungan dalam keseharian.
Baca SelengkapnyaRatusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri
6 Juli 2022
Warga menduga kematian ikan bandeng di keramba tersebut akibat limbah dari Kawasan Industri Lamicitra.
Baca SelengkapnyaGrup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang
31 Maret 2022
Aplikasi MASTERMINE diharapkan dapat menghasilkan nilai efisiensi 10-20 persen dari total biaya pengolahan air limbah tambang.
Baca SelengkapnyaMahasiswa Universitas Brawijaya Riset Bulu Ayam Penyerap Limbah Industri Tekstil
29 Juli 2021
Pengelolaan limbah cair tekstil pascaproduksi ditujukan untuk menghilangkan atau mereduksi kadar bahan pencemar sehingga limbah cair industri memenuh
Baca SelengkapnyaKLHK Ungkap Penyebab 59 Persen Sungai di Indonesia Tercemar Berat
28 Juli 2021
KLHK menuturkan 59 persen sungai di Indonesia masih dalam kondisi tercemar berat.
Baca SelengkapnyaDua Anggota Ormas Nyaris Bentrok di Tambun Bekasi
2 Juni 2021
Diduga, kedua ormas itu berselisih soal pengelolaan limbah industri otomotif di sana.
Baca Selengkapnya