Ini Tas Plastik Ramah Lingkungan dari Singkong

Reporter

Editor

Grace gandhi

Kamis, 3 Maret 2016 07:19 WIB

Proses pembuatan plastik berbahan dasar tepung singkong di Tangerang, Banten, 2 Maret 2016. kualitas produk plastik berbahan dasar singkong tersebut cukup bagus, kuat, serta dalam proses produksinya tidak perlu menggunakan teknologi tinggi. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup mencatat pada 10 tahun terakhir Indonesia menggunakan 9,8 miliar lembar kantong plastik setiap tahunnya, dan 95 persen di antaranya menjadi sampah. Fakta ini memprihatinkan karena plastik adalah bahan yang sulit terdegradasi secara alami.

Hal itu juga yang membuat Sugianto Tandio, pemilik perusahaan plastik kemasan PT Tirta Marta, menjadi resah. "Selama 40 tahun kami membuat plastik biasa yang tak ramah lingkungan," kata Sugianto, Selasa, 2 Maret 2016.

Sugianto pun makin prihatin setelah melihat kondisi Sungai Citarum yang penuh sampah plastik. Plastik itu menumpuk di permukaan sungai dan bisa terbawa hingga ke laut lepas. "Plastik itu baru terurai setelah 1.000 tahun," ujar Sugianto.

Berbekal ilmu dan pengalaman yang dimilikinya saat sekolah dan belajar di Amerika Serikat, Sugianto pun mulai melakukan penelitian untuk menemukan solusi plastik ramah lingkungan yang bisa diaplikasikan di Indonesia. Sudah lebih dari sepuluh tahun dia melakukan penelitian sejak 2000.

Lulusan pasca sarjana University of North Dakota ini akhirnya menemukan dua teknologi plastik ramah lingkungan. Teknologi itu dinamakan Oxium dan Ecoplas. Oxium adalah aditif yang ditambahkan ke biji plastik biasa yang membuat plastik akan lebih cepat terurai. Sedangkan Ecoplas adalah plastik yang dibuat menggunakan tepung dari singkong.

Produk plastik buatan Sugianto pun masuk pasar pada 2010. Untuk produk shopping bag, Oxium sudah hampir menguasai semua peretail di Indonesia. "Sekitar 90 persen shopping bag peretail besar sudah memakai Oxium," kata Sugianto. Dalam sebulan, dihasilkan 5.000 ton shopping bag Oxium.

Untuk Ecoplas, Sugianto mengakui masih sedikit yang menggunakannya di Indonesia. Produk ini lebih banyak diekspor. Sebab, Ecoplas lebih mahal sekitar 50 persen dari Oxium. Namun Ecoplas lebih cepat terurai karena terbuat dari bahan organik. Sedangkan Oxium butuh waktu sampai dua tahun untuk terurai.

Meski demikian, Oxium sudah memutus mata rantai panjang proses penguraian plastik yang normalnya 1.000 tahun. "Yang membuat plastik tahan lama karena mata rantai karbonnya panjang hingga 7 juta," kata Sugianto. Untuk bisa terdegradasi, mata rantai karbon harus diputus hingga 100 ribu dan Oxium bisa memutusnya.

Ecoplas sendiri bisa segera terdegradasi karena mikroba bisa memakannya. Bahkan Ecoplas bisa digunakan sebagai lapisan dalam landfill soil cover di tempat pembuangan akhir.

NINIS CHAIRUNNISA

Berita terkait

Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

26 Oktober 2023

Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

BRIN dan Universitas Diponegoro (Undip) menjalin kolaborasi riset untuk pengembangan metode alternatif pendeteksi logam di limbah industri.

Baca Selengkapnya

Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

19 September 2023

Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

Menurut pelanggan Perumda Tirta Patriot itu, banyak warga Bekasi yang juga mengalami penyakit kulit karena air PAM, selain dirinya.

Baca Selengkapnya

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

15 September 2023

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

Akibat suplai air PAM terhenti 3 hari, warga Bekasi terpaksa beli air isi ulang dan tidak mandi untuk menghemat air.

Baca Selengkapnya

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

11 Agustus 2023

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

Perumda Tirta Patriot mengambil air Sungai Kalimalang sebagai penetral untuk dicampur dengan air baku Kali Bekasi.

Baca Selengkapnya

Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

30 November 2022

Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

Limbah B3 dibagi menjadi limbah elektronik dan fashion. Hal ini menjadi permasalahan utama yang akan menyerang kondisi manusia dan lingkungan dalam keseharian.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

6 Juli 2022

Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

Warga menduga kematian ikan bandeng di keramba tersebut akibat limbah dari Kawasan Industri Lamicitra.

Baca Selengkapnya

Grup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang

31 Maret 2022

Grup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang

Aplikasi MASTERMINE diharapkan dapat menghasilkan nilai efisiensi 10-20 persen dari total biaya pengolahan air limbah tambang.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Universitas Brawijaya Riset Bulu Ayam Penyerap Limbah Industri Tekstil

29 Juli 2021

Mahasiswa Universitas Brawijaya Riset Bulu Ayam Penyerap Limbah Industri Tekstil

Pengelolaan limbah cair tekstil pascaproduksi ditujukan untuk menghilangkan atau mereduksi kadar bahan pencemar sehingga limbah cair industri memenuh

Baca Selengkapnya

KLHK Ungkap Penyebab 59 Persen Sungai di Indonesia Tercemar Berat

28 Juli 2021

KLHK Ungkap Penyebab 59 Persen Sungai di Indonesia Tercemar Berat

KLHK menuturkan 59 persen sungai di Indonesia masih dalam kondisi tercemar berat.

Baca Selengkapnya

Dua Anggota Ormas Nyaris Bentrok di Tambun Bekasi

2 Juni 2021

Dua Anggota Ormas Nyaris Bentrok di Tambun Bekasi

Diduga, kedua ormas itu berselisih soal pengelolaan limbah industri otomotif di sana.

Baca Selengkapnya