Pelataran Monas dipenuhi ribuan angkutan umum KWK, Jakarta, 22 Maret 2016. Para supir memprotes sejumlah kebijakam pemerintah misalnya soal transportasi online dan peremajaan angkutan umum. TEMPO/Amirullah
TEMPO.CO, Jakarta - Pelataran tugu Monas berubah menjadi lautan merah. Penyebabnya, para sopir angkutan kota (angkot) dari Koperasi Wahana Kalpika memarkirkan kendaraan mereka yang berwarna merah menyala di pelataran ini sebagai bentuk protes terhadap keberadaan transportasi online.
"Kami di sini menuntut keadilan," kata Toris Tampubolon, sopir angkot B01 rute Rawa Buaya-Cikokol, Selasa, 22 Maret 2016. Unjuk rasa para sopir angkot ini dilakukan sebagai protes ketidakadilan pemerintah dalam kebijakan transportasi.
Menurut Toris, keberadaan transportasi berbasis aplikasi online telah menggerus pendapatan para sopir angkot. Dia mengaku pendapatannya jeblok hingga 40 persen dibanding sebelum maraknya transportasi online, seperti Go-Jek dan Grab. "Sekarang pendapatan bersih saya Rp 70 ribu sehari," kata Toris.
Toris mengatakan pemerintah tak adil dalam mengatur transportasi. Contohnya, kebijakan pemerintah daerah DKI soal peremajaan angkot yang berusia lima tahun, di mana kendaraan yang sudah berusia lima tahun harus dikandangkan.
Selain itu, menurut Toris, angkot juga harus membayar pajak, uji kir, dan harus mengantongi izin trayek. "Kami dibeginikan, sementara transportasi online enak-enakkan tanpa harus bayar ini dan itu.”
Unjuk rasa angkot KWK dimulai pukul 06.00, tapi hingga siang, para pengemudi terus berdatangan dan semakin menyesaki pelataran Monas dengan ribuan angkot. Diperkirakan, ada 5.000 angkot yang diparkir di pelataran Monas. "Ini angkot KWK yang dari wilayah Jakarta Barat saja, dari wilayah lain unjuk rasa di lain lokasi," kata seorang sopir angkot.