Hari Air Sedunia, PDAM: Jakarta Tak Punya Air
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Selasa, 22 Maret 2016 21:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Erlan Hidayat mengatakan Jakarta tidak memiliki air. Selama ini pasokan air sebagian besar datang dari luar Jakarta.
Sebanyak 81 persen dipenuhi dari Waduk Jatiluhur, sebanyak 15 persen dari Tangetang yaitu Sungai Cisadane, dan sebanyak empat persen dari sungai-sungai yang ada di Jakarta. "Padahal Jatiluhur itu untuk saluran irigasi, tidak ada hubungannya dengan air minum. Kebetulan saja kita boleh ambil air dari situ," kata Erlan di Balai Kota, saat menghadiri acara NgobrolTempo dalam memperingati Hari Air Sedunia 2016 bertajuk Menghadapi Tantangan Krisis Air Perkotaan, Selasa, 22 Maret 2016.
Aliran air di Jakarta dibagi dua dibelah oleh Sungai Cilwung. Kemudian, di wilayah timur diolah di Buaran dan Pulogadung. Ada yang dibawa ke Pejompongan untuk diolah. Dari Jatiluhur, Jakarta setidaknya memperoleh 10.000 liter per detik, sisanya dari Tangerang dan Sungai Kali Krukut.
Uniknya, air ini sejak pertama kali kerjasama dengan swasta 1997, yang dikelola jumlahnya tidak meningkat. Sementara masyarakatnya bertumbuh. Untuk itu, Erlan menyebutkan tugas pemprov saat ini adalah memikirkan bagaimana menciptakan lebih banyak air.
Kebutuhan air di Jakarta diperkirakan 27.443 liter per detik pada 2019, sementara air yang tersedia hanya 18.000 liter per detik. Erlan berujar, Jakarta saat ini saja sedang mengalami defisit volume air sebanyak 3.500 liter per detik pada 2015. "Kekurangan tersebut akan terus berkembang dengan tingkat yang cukup mengkhawatirkan sehingga pada 2019, memerlukan 27.000 liter per detik. Kalau tidak berbuat apa-apa, defisit akan semakin bertambah," tutur Erlan.
Pengelolaan air di Jakarta bisa dilakukan oleh pihak lokal dan ada pula yang sangat bergantung oleh pemerintah pusat. Ketika air dari Jatiluhur mengalir ke Jakarta, akan melewati paling tidak dua provinsi. Kalau sudah lintas provinsi maka pengerjaannya harus melibatkan pemerintah pusat juga wewenangnya.
Sementara, yang bisa dilakukan oleh Jakarta sendiri adalah berencana menambah pasokan air. Yang bisa dilakukan salah satunya adalah Moving Bed Bio Reactor (MBBR) dengan menambah pasokan 550 liter per detik di Banjir Kanal. "Sebagian besar sudah selesai, namun hanya bisa digunakan sebagai cadangan karena walaupun musim hujan, airnya sedikit. Saya tidak yakin bisa ambil 550 liter per detik di Banjir Kanal untuk saat ini," kata dia.
Sementara itu, PDAM juga sedang mengupayakan pembangunan instalasi pengelolaan air (IPA) Pesanggrahan dengan memproduksi 600 liter per detik pada 2018. Pekerjaan tersebut sudah dirintis oleh PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA). Untuk dapat melakukan pengolahan dibutuhkan surat izin untuk pengolahan air. Namun tersebut masih sulit didapatkan.
Kemudian, PDAM juga sedang mengupayakan IPA Hutan Kota yang dapat memproduksi 300 liter air per detik dan IPA Pejaten memproduksi 200 liter air per detik. Rencananya, pekerjaan akan dimulai pada 2017 mendatang. Selain itu, PDAM juga akan menyediakan alternatif di Buaran III sebanyak 3.000 liter per detik.
"Jika semua optimal, maka sebanyak 1.500 liter per detik dari lokal. Tapii, jangan lupa, ketersediaan air di lokal juga berasal dari luar Jakarta," kata Erlan.
Erlan mengatakan hal yang paling sulit dalam menyediakan air bersih justru adalah lambatnya proses izin. Padahal penyediaan air bersih ini tidak bisa ditunda lagi.
LARISSA HUDA