Kisah Pemburu Besi dari Kalijodo sampai Pasar Ikan  

Reporter

Editor

Nur Haryanto

Jumat, 15 April 2016 16:18 WIB

Warga dan pemulung mengumpulkan besi dari puing bangunan yang digusur di sekitar Pasar Ikan Luar Batang, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, 15 April 2016. TEMPO/Rezki Alvionitasari

TEMPO.CO, Jakarta - Yayat, 50 tahun, mengangkat karung putih berisi potongan-potongan besi, Jumat, 15 April 2016. Karung itu ia letakkan di timbangan milik Andi. "Dua puluh dua kilo," kata Andi sambil melihat alat pengukur berat. Sejak pagi, Yayat mengumpulkan besi di area penggusuran Pasar Ikan Luar Batang dan sekitarnya, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Hingga siang, Yayat mengumpulkan besi 59 kilogram. Ia pun langsung menjualnya kepada Andi.

Besi-besi panjang itu adalah bagian dari rumah-rumah yang dirobohkan ekskavator pada Senin, 11 April 2016. Yayat memakai “senjata” palu bodem. Selain Yayat, puluhan orang lain yang terdiri atas warga dan pemulung mengumpulkan besi di sana.

Sebagai contoh, puing bangunan yang terdiri atas beton dan besi tergeletak di atas tumpukan puing lain, berukuran sekitar 2 x 3 meter. Belasan orang memisahkan besi dari beton itu. Alat yang mereka gunakan seperti palu bodem dan gergaji.

Yayat mengaku sehari-hari memang bekerja sebagai pemulung. Ia juga membeli barang rongsokan. Di lahan bekas penggusuran, ia bisa leluasa memunguti besi dan barang bekas lain. Sebelum di Pasar Ikan, ia memulung di Kalijodo. "Selama sebulan, kira-kira saya kumpulkan enam kuintal besi," ujar Yayat, yang bekerja jual-beli rongsokan sejak 1981.

Sementara itu, Andi berinisiatif membawa timbangannya ke Pasar Ikan, supaya pemulung yang menjual besi kepadanya tak susah payah mengangkut barang itu. Pemulung juga bisa langsung mengambil uangnya. "Besi ini mau dibawa ke pabrik untuk diolah lagi menjadi bahan bangunan," ucapnya kepada Tempo. Besi itu dihargai Rp 2.100 per kilogram. "Hari ini pertama kali kami di sini."

Sementara itu, pemulung lain berpencar memunguti barang lain. Sekitar 30 gerobak milik pemulung berjejer di tepi jalan di dekat Museum Bahari.

Salah satunya gerobak milik Yanto Sugesti, 40 tahun. Ia tinggal di Jembatan Besi, Penjaringan. "Saya di sini sejak hari pertama penggusuran," tuturnya. Setiap hari, ia memulung di Pasar Ikan sejak pukul 09.00 hingga 17.00 WIB.

Gerobaknya penuh oleh besi, kayu, mainan rongsokan, dan botol bekas. "Nanti mau ditimbang di lapak jual-beli rongsokan," kata Yanto. Penghasilannya di Pasar Ikan sebesar Rp 130-250 ribu per hari. Yanto juga pernah memulung di Kalijodo selama 12 hari.

REZKI ALVIONITASARI




Berita terkait

Perkiraan Cuaca BMKG: Hujan dan Petir Akan Melanda Jakarta

10 Desember 2018

Perkiraan Cuaca BMKG: Hujan dan Petir Akan Melanda Jakarta

BMKG membuat perkiraan cuaca dimana hujan disertai petir dan angin kencang akan melanda Jakarta.

Baca Selengkapnya

Korban Crane Ambruk di Kemayoran Jadi Pengungsi Sementara

7 Desember 2018

Korban Crane Ambruk di Kemayoran Jadi Pengungsi Sementara

Operator crane ambruk menyewa sebuah rumah untuk ditempati keluarga Husin yang rumahnya rusak tertimpa crane.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Buat Aturan Baru, Tim Pembebasan Lahan Dapat Honor

5 Desember 2018

Anies Baswedan Buat Aturan Baru, Tim Pembebasan Lahan Dapat Honor

Pergub 127 yang diteken Gubernur Anies Baswedan diharapkan mampu mempercepat program pembebasan lahan yang selama ini tersendat.

Baca Selengkapnya

Bos Sarana Jaya Ingin Sulap Tanah Abang Seperti SCBD 8 Tahun Lagi

23 Oktober 2018

Bos Sarana Jaya Ingin Sulap Tanah Abang Seperti SCBD 8 Tahun Lagi

Desain penataan Tanah Abang menjadi seperti kawasan SCBD Jakarta, masih digarap dan ditargetkan selesai tahun ini

Baca Selengkapnya

DKI Bantah Gunungan Sampah Muara Baru Imbas Konflik dengan Bekasi

22 Oktober 2018

DKI Bantah Gunungan Sampah Muara Baru Imbas Konflik dengan Bekasi

Dinas LH menjelaskan tumpukan sampah karena truk di Jakarta Utara sedang perawatan oleh agen tunggal pemegang merek (ATPM).

Baca Selengkapnya

Dinas LH: DKI Tetap Butuh Bantargebang Meski ITF Sunter Dibangun

22 Oktober 2018

Dinas LH: DKI Tetap Butuh Bantargebang Meski ITF Sunter Dibangun

ITF Sunter hanya mengelola 2.200 ton sampah per hari dan 10 % residu harus dibuang ke Bantargebang.

Baca Selengkapnya

Koalisi Masyarakat Dukung Rencana DKI Stop Eksploitasi Air Tanah

16 Oktober 2018

Koalisi Masyarakat Dukung Rencana DKI Stop Eksploitasi Air Tanah

Penghentian eksploitasi air tanah, kata Koalisi Masyarakat, bisa menekan penurunan permukaan tanah di Ibu Kota.

Baca Selengkapnya

Pemerintah DKI Susun Aturan Penghentian Eksploitasi Air Tanah

16 Oktober 2018

Pemerintah DKI Susun Aturan Penghentian Eksploitasi Air Tanah

DKI mengusulkan anggaran Rp 1,2 triliun untuk perluasan jaringan pipa air bersih menekan eksploitasi air tanah.

Baca Selengkapnya

Rekayasa Lalu Lintas, Jalan Wahid Hasyim Bakal Satu Arah

1 Oktober 2018

Rekayasa Lalu Lintas, Jalan Wahid Hasyim Bakal Satu Arah

Uji coba rekayasa lalu lintas dilakukan pada 8 Oktober hingga 23 Oktober nanti.

Baca Selengkapnya

Siap-siap Musim Hujan, 129 Kelurahan di DKI yang Terancam Banjir

13 September 2018

Siap-siap Musim Hujan, 129 Kelurahan di DKI yang Terancam Banjir

Balai Besar menjelaskan, wilayah yang berpotensi terendam banjir di Jakarta berada di daerah aliran sungai yang belum dinormalisasi.

Baca Selengkapnya